10. Mengikhlaskan

1K 134 4
                                    

Ali beserta teman sekelasnya kompak keluar bersama kala bel pulang sekolah berbunyi.

Putra sudah kesana kemari bergaya, mulai dari menyisir rambut sampai bergoyang-goyang tak jelas seperti orang cari perhatian.

"Diza ada Diza!" seru Satya heboh menarik Putra.

Putra mendorong Satya sebal karena kaget tapi kemudian ia menjadi sok kalem kala gadis itu lewat tepat di depannya.

Gadis berambut pendek anak kelas sebelas IPA 2 itu memang selalu menjadi bahan sepikan mereka berdua.

"Halo sayang. Eh, Diza," sapa Putra dengan suara dibuat semempesona mungkin.

"Caper banget sih lo!" Bukannya membalas sapaan Satya, Diza malah membalasnya dengan suara sinis.

Diza itu cantik juga lucu, tubuhnya tinggi semampai bak model tapi punya poni yang memberikan kesan imut tapi garang juga.

"Jangan judes-judes dong, entar hatiku patah loh," ucap Satya dengan nada dibuat-buat.

Diza merapatkan bibirnya kesal, ini bukan sekali-duakali ia dicegat seperti ini, "emangnya lo punya hati?"

"Punya lah!" Satya langsung menyahut sambil membawa tangan Diza memegang dadanya, "nih hati."

Kalau gadis-gadis lain pasti ambyar seketika tapi lain gadis lain Diza. Diza hanya memasang wajah datar, "lo yang ngegombalin gue tapi lo yang baper."

"Kata siapa?" tanya Satya.

"Tuh! ... Jantunglo sampe detaknya kenceng banget!" Lalu Diza berlalu tanpa permisi.

Ali dan teman-temannya sampai tertawa melihat itu.

"Buset! Damagenya bukan main!" kata Ali sambil merangkul Satya.

"Anak IPA emang gak bakalan pernah sukses kalau main cinta-cintaan!" ucap Gina sambil terkekeh.

"Teori darimana itu?" tanya Intan.

"Nih buktinya," ucap Gina menunjuk Ali, "ditikung anak IPS!"

"Anying!"

"Lah iyaya! Si Ken kan anak IPS" Kini giliran Satya tertawa puas.

Ali mendeliki sebal pada Gina dan Satya.

"Payah semua emang! Lo juga Sat, digantung mulu, maju kaga mundur kaga!" sindir Gilang.

Satya paham betul maksud sindiran tersebut tapi memilih bungkam.

"Lah emang si Satya lagi deket sama siapa?" tanya Gina heboh.

"Iya kok gue gak tahu?" Intanpun merasa kepo.

"Boro-boro kalian, gue aja yang sering barter sempak sama dia aja gak tahu!" sahut Ali sambil menyedot teh kotak milik Intan.

"Sensor dong ngomongnya! Disini banyak anak kecil!" geram Intan karena daritadi mereka banyak mengeluarkan badword.

Gina jadi melotot mendengar itu, "serius kalian sering barter daleman?"

"Apasih daleman-daleman! Tempat burung sekalian!" ucap Putra frontal.

"Burung apa?" tanya Gina menoleh pada Satya.

"Buyung puyuh." Satya malah maju pada Gina sambil memonyongkan bibirnya.

Nyaris akan terjadi tabrakan bibir tapi untung Gilang menghalanginya dengan buku absen kelas yang lumayan tipis.

Gina menggeram sebal lalu memukul Satya, "berani ya lo!"

"Si Satya mah emang bangsat mau nganuan disekolah!" cibir Ali.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang