51. Euforia

566 90 2
                                    

S E L A M A T  M E M B A C A

Sepulang sekolah Rara langsung meluncur ke toko buku membeli beberapa buku yang ia perlukan untuk ulangan kenaikan kelas. Iya sebentar lagi gadis itu akan naik tingkat menjadi kelas XII.

Sebenarnya bukan hanya membeli buku pelajaran tapi mungkin akan melihat-lihat siapa tahu ada novel yang sedang ia incar.

Tanpa ditemani Naya karena gadis itu beralasan ingin makan bareng dengan Putra. Sudah Rara duga pasti mereka ada apa-apa.

Tubuh mungil Rara berjalan menyusuri rak buku. Sebenarnya di perpustakaan sekolah juga sudah tersedia hanya saja setelah kejadian bertemu dengan Yogi di sana membuat Rara sedikit tak nyaman apalagi ruangan basket yang letaknya dekat dengan perpustakaan.

Lagi-lagi ketika Rara ingin mengambil buku di rak teratas gagal. Emang ya punya tubuh pendek itu cobaan bagi Rara. Rara menghela nafas menyimpan tumpukan buku ditangannya lalu mengambil kursi pijakan agar ia sampai tapi nihil tingginya masih kurang.

Rara meredam emosinya lalu turun. Baiklah sepertinya ia tak akan mendapatkan buku itu. Rara membereskan buku yang ia letakan tadi dan bersiap kembali berdiri. Saat hendak mengangkat tubuhnya tiba-tiba ia tersentak dengan tangan yang menyodorkan buku yang tadi ingin ia ambil.

Dari ujung kaki sampai ujung kepala netra Rara menyusuri penampilan orang itu.

"Apa susahnya minta tolong?"

"Tadi gak ada orang," ujar Rara menerima buku tersebut lalu berdiri.

"Liat ke tempat lain, kalo gak bisa ya nyari bantuan." Orang itu menyentil dahi Rara membuat si empunya memekik tertahan.

"Ali!"

"Kenapa? Marah?" Ali justru terkekeh.

Rara tak habis pikir kenapa pemuda ini tetap tengil seperti biasa.

Rara menghela nafas kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Ali namun pemuda itu tetap ikut lalu berjalan di samping Rara.

"Ngapain disini?" tanya Rara.

"Gak ada kerjaan aja. Semua temen gue pada pacaran termasuk si Putra sama temen lo tuh pacaran. Cuma gue aja yang baru putusan." Tersirat sindiran dalam ucapan Ali.

"Alibi dasar, bilang aja ngikutin."

Ali menoleh, "eh! Siapa bilang."

"Cuma asumsi aja si." Rara memilih untuk terus berjalan tanpa menoleh manusia di sampingnya ini.

Ali terkekeh lalu merangkul bahu Rara tanpa beban, "tahu aja kalo gue kangen."

Rara sontak melotot dan berusaha menjatuhkan tangan Ali namun sulit karena gadis itu tengah memeluk bukunya.

"Ali turunin gak tangannya! Ini di depan umum!"

Dengan santai Ali menjatuhkan tangannya. Memang yah, kita akan menjadi lebih akrab kalau sudah jadi mantan apalagi kalau masih sayang.

Ali jadi teringat apa alasan yang membuatnya kemari.



Flashback on

Beberapa jam sebelumnya.

Ali, Gina dan Satya baru keluar dari minimarket yang letaknya lumayan dekat dengan sekolah. Seperti biasa mereka baru pulang sekolah lalu mampir untuk membeli minuman dingin lalu istirahat sebentar di depan minimarket.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang