57. So Hurt

601 86 4
                                    

A/n: kalo ada typo jangan lupa komen ya soalnya itu sangat membantu author!





Rara berlari bersama-sama teman-teman Ali saat memasuki rumah sakit dengan tergesa. Seperti waktu itu, Rara berlari seperti ini saat mendengar kabar bahwa Ali kecelakaan dan kali ini berbalik, Ali dikabarkan sadar dari komanya.

Rara tak bisa menjabarkan perasaannya kali ini. Kakinya seolah melayang diudara dan jantungnya berdebar kencang seiring ritme nafasnya yang tak teratur.

Sampai matanya melihat ruang inap yang Harlan beritahukan padanya, Ali benar-benar sudah dipindahkan ke ruang inap.

Tangan Rara bergerak membuka knop pintu dan pandangannya jatuh pada sosok yang terbaring disana dikelilingi ayah dan ibunya.

Matanya cerah meski telah terluka parah, bibirnya bergerak menyahuti ucapan orang tuanya. Ia nampak damai dengan keadaan, bahkan ia sesekali tertawa. Mata beningnya terkejut dengan kedatangan Rara, mengerjap kecil melihat orang-orang yang datang.

Tanpa sadar pelupuk mata Rara sudah basah. Dia benar-benar sudah bangun. Semesta benar-benar mendengarkan doanya selama ini.

"Serius lo sadar. Ah gue seneng banget, bego." Satya mengumpat namun wajahnya tak menyembunyikan haru dibaliknya.

"Parah gue mau nangis," ujar Putra berdecak sementara Intan dan Gina menangis duluan.

Gilang hanya tersenyum penuh harus menatap Ali.

Ali tersenyum tipis dan mengangguk. Di baguab dahinya masih tertempel kain kasa dan plester.

"Lo hutang penjelasan sama kita-kita. Sebenarnya apa yang terjadi sehingga lo bisa oleng?"

Ali mengerutkan keningnya seketika bengong dan menggelengkan kepalanya.

"Putra jangan menanyakan itu dulu pada Ali."

Putra menoleh bingung pada Harlan lalu bergantian menatap Ali.

"Put, ceng-cengan lo yang baru?" tanya Ali mengering dengan suara seraknya menunjuk perempuan disebelah Putra.

Semua saling menatap bingung. Ali menunjuk Rara sebagai gebetan baru Putra? Yang benar saja?

"Al, ini aku," ucap Rara pelan.

Ali mengerutkan keningnya menatap Rara lalu beralih menatap Harlan. "Pah, Ali kan udah bilang panggilin Rubi."

"Al yang bener aja."

"Saat Ali sadar kata dokter Ali menderita Amnesia retrograde." Ucapan Harlan menjawab semua pertanyaan yang ada dikepala mereka.

"Amnesia," gumam Rara. Rara tahu betul apa penyakit itu.

"Amnesia Retro- apa? ulang Satya merasa asing dengan kata tersebut.

"Amnesia retrograde. Ini terjadi akibat benturan keras yang mengenai kepala Ali hingga menyebabkan pendarahan hebat. Amnesia, dimana pasien tidak bisa mengingat informasi atau kejadian di masa lalu," jawab dokter Indra yang juga ayah Intan. Iya Harlan benar-benar protective soal ini, bahkan yang menangani Ali saat ini adalah ayah dari sahabat Ali sendiri.

"Gangguan ini bisa dimulai dengan kehilangan ingatan yang baru terbentuk." Dokter Indra menatap satu-persatu teman Ali. "Kejadian yang baru terjadi pada Ali sudah pasti hilang dalam memorinya."

"Hingga berlanjut dengan kehilangan ingatan yang lebih lama, seperti ingatan masa kecil."

Rara mengerjap bibirnya setengah terbuka. Kesadarannya seakan melayang pergi tak sanggup lagi menerima apa yang Tuhan ujian pada dirinya.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang