"Kita tidak bisa mengendalikan ucapan orang lain, tapi kita bisa mengendalikan emosi kita"
-Lentera
Dengan gontai Ali menjatuhkan tubuhnya diatas sofa, rasa pegal di sekujur tubuhnya kembali terasa. Jelas saja Ali belum benar-benar pulih tapi dirinya selalu melaksanakan diri.
"Sekarang sekolah ada jadwal lemburnya yah?"
Suara bariton yang sangat khas membuat tubuh Ali seketika tersentak namun memilih tak mengubrisnya.
"Masih sakit tapi keluyuran terus," sindir Harlan sembari duduk di sofa tunggal.
Ali menghela nafasnya kemudian mengubah posisinya menjadi ikut duduk, "hujan, terus Ali mampir ke rumah Rara."
Harlan berdecak meremehkan, "udah deket kayak gitu tapi masih belum pacaran. Bapaknya galak?"
Ali tersenyum miring, "sudah jadian dan sudah akrab dengan calon mertua," ujar Ali bangga, tentu harus bangga bukan.
Harlan pura-pura tersentak. "Serius kamu?"
Ali mengangguk yakin, "apakah wajah Aliendra terlihat kurang meyakinkan tuan Harlan?"
Harlan berdecih, "Rara gak lagi sakit mata kan?"
"Ya enggak lah!"
"Kirain."
Ali memutar bola matanya malas lalu beranjak berdiri pergi ke kamarnya.
"Jangan langsung tidur, mandi dulu!"
•••
Motor besar Ali berhenti di depan gerbang SMA Pelita.
Suasana hati Ali hari ini sangat baik tak tahu setelah statusnya berubah sekarang Ali jadi murah senyum bahkan ayam yang lewat pun masih sempat Ali sapa.
Rara sudah tak heran dengan kerandoman Ali ini, bahkan diam-diam Rara sangat senang dengan senyum Ali yang tak pernah luntur sama sekali.
Namun seketika senyum Ali hilang ketika melihat Putra turun dari motor seperti berbincang sesuatu dengan Naya.
"Gue mencium aroma-aroma yang baru jadian nih," celetuk Putra mengendus-endus motor Ali.
"Awas jangan deket-deket motor ganteng gue! Entar warnanya leleh."
Sontak Rara mencubit pinggang Ali dan Ali langsung meringis.
"Rara lo serius udah jadian?" tanya Naya girang menghampiri Rara.
Rara tersenyum lalu menoleh pada Alu, "tanya aja."
Ali mengangguk dan menatap sinis Putra, "oh jelas dong gue kan cowok bertanggung jawab, bukan cuma dibaperin terus ditinggalin."
Putra tak tahan untuk tidak tertawa tapi ia masih mampu menahannya, "percaya deh gue sama pemain yang satu ini."
Ucapan Putra sangat ambigu bagi Ali, lalu jika Ali pemain maka Putra pelatih gitu?
"Angela emangnya lo sama si Putri belum jadian?"
Semua bingung menoleh pada Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aliendra [SELESAI]
Teen FictionAmazing cover by @iiwpaw [Sudah Lengkap] Warning!! [R15+] cerita mengandung kata-kata kasar, adegan kekerasan, dan perilaku/tingkah yang tidak pantas dibaca oleh anak dibawah umur. [Mohon untuk tidak ditiru] "Jadi cantik jangan judes-judes kasian...