59. B 9797 T

654 96 30
                                    

Aku up lagi. Seneng?


Ali berusaha menjaga keseimbangannya. Rara yang panik berusaha mengguncang tubuh Ali berharap Ali baik-baik saja.

"Al kita balik ke kamar kamu ya."

Ali menggelengkan kepalanya membiarkan rasa sakit menghantam kepalanya. Potongan memori terus berputar dikepalanya seperti sebuah film lama yang kembali diputar.

"Masa bidadari mukanya kayak layar HP."

"Wo ai ni."

"Gue selalu mau bahagiain lo, Ra."

Kalimat-kalimat itu memenuhi kepala Ali sekarang. Tiba-tiba ia membuka matanya dengan keringat bercucuran didahinya. Nafasnya terengah-engah seperti habis lari marathon dan jantungnya ikut bedebar. Matanya jatuh menatap gadis yang nampak panik menampar-nampar kecil pipinya.

Ali menarik Rara sampai gadis itu jatuh kepelukannya. Yah, Ali ingat sekarang ia ingat semuanya.

Rara membulatkan matanya menahan degup jantungnya yang meletup-letup seolah kembali merasakan cinta pertamanya.

Ali memeluk Rara mengecup puncak kepala, rambut dan telinga Rara secara bertubi-tubi seolah melepaskan semua rindunya.

"Maafin aku, Ra," ucap Ali dengan suara lirihnya."

"Ali ... kamu?" Rara hendak melepaskan pelukan Ali namun Ali menahannya membuatnya semakin menabrak tubuh Ali.

"Biarin kayak gini dulu. Aku capek."

Rara terdiam lalu perlahan ia mengusap punggung Ali yang condong padanya. Beruntunglah taman lumayan sepi karena sebagian pasien sedang istirahat tidur siang.




•••





Semua senang menyambut kabar Ali yang kembali mengingat semuanya. Bahkan pertunangan Heri yang diundur pun kini dipercepat kembali.

Rara tak tahu harus bereaksi apa karena hubungannya dengan Ali tanpa status yang jelas tapi mereka masih lengket saja.

"Akhirnya gue seneng banget lo sembuh. Cape tau gak ngadepin lo yang tempramen!" ujar Putra menggebu-gebu.

Ali tersenyum tak menggubris banyak.

Hari ini mereka tengah berkumpul di rumah Gina karena rumah Gina satu-satunya yang kosong sekarang, orang tuanya sedang liburan keluar kota. Atas keinginan Ali yang baru sembuh jadi semua mengabulkan semua keinginan Ali, mereka juga pesta pizza dan membeli beberapa kaleng soda juga baru saja menghabiskan satu film dengan memasang proyektor di ruang tamu rumah Gina

"Guys gue kesini bukan semata-mata mau ngumpul aja tapi gue juga sedang menanti kejujuran dari seseorang."

Seketika semua menghentikan aktivitasnya menoleh pada Ali.

"Apaan dan lagi main ToD lo?" celetuk Satya.

Ali hanya tersenyum miring, "bukan truth or dare tapi gue nunggu truth dari seseorang."

"Siapa?" tanya Rara menatap Ali. Ali tersenyum membalas tatapan Rara.

"Pecundang."

"Maksud lo?" tanya Intan. Tiba-tiba atmosfir dirumah Gina terasa berubah.

"Maju atau gue beberin semuanya!"

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang