44. Ancaman

557 96 3
                                    

Ruang rawat Ali tampak begitu hening hanya ada helaan nafas saling bersahutan antara Ali dan Rara. Ali yang terlelap serta Rara yang masih menjaga Ali.

Rara tersenyum memandangi Ali mengingat potongan kecil kenangan diantara mereka, mulai dari pertemuan pertama mereka di koridor SMA Pelita sampai hari ini.

"Aku sayang kamu Al, sangat." Rara menggenggam tangan Ali yang tak terluka.

Tiba-tiba ponsel Rara membuat gadis itu terkejut kecil dan segera keluar ruangan takut mengganggu tidur Ali.

Rara melihat nama Naya yang tertera dilayar ponselnya dan Rara berdecak pelan bagaimana bisa ia lupa mengabari Naya bahwa hari ini ia tak bisa berangkat sekolah.

"Nay sorry boleh minta tolong bilangin sama guru, aku gak bisa masuk hari ini."

"Kenapa?"

"Ali kecelakaan dan aku lagi di rumah sakit."

"Serius? Kapan? Kecelakaan dimana?"

"Tadi pagi ada yang nyiram air keras sama Ali."

"Ali tersiram air keras?"

Suara seseorang dari belakang membuat gadis itu menurunkan ponselnya tanpa mematikan sambungan telpon dan terdengar Naya terus bertanya. Awalnya Rara tak terkejut tapi setelah melihat wanita setengah baya di belakangnya membuat gadis itu menelan salivatnya.

"Dimana anak saya?" tanya Lidia dengan sorot mata yang sulit diartikan membuat mata Rara bergerak pada pintu di sebelah kanannya.

Tanpa seizin Rara, Lidia segera masuk kedalam kamar tempat dimana Ali dirawat sementara Tasya gadis itu sekilas menoleh pada Rara.

Suara Naya dari seberang sana membuat Rara mengerjap tersadar langsung kembali menjawab pernyataan Naya.

"Itu tadi siapa?"

"Nanti aku ceritain, aku tutup dulu. Jangan lupa aku izin hari ini." Rara langsung menutup sambungan telpon mereka.

Lidia menghampiri Ali yang tengah tertidur namun seketika tidurnya terusik.

Ali memijat pelipisnya perlahan matanya terbuka membiarkan cahaya samar-samar menerobos matanya.

"Kalian ngapain disini? Rara mana?"

"Ali kamu enggak papa kan nak?"

"Rara." Ali terus-menerus memanggil Rara membuat Rara yang tengah berdiri diluar tersadar dan segera masuk menghampiri Ali.

"Ali kamu bangun?" tanya Rara melihat Ali yang nampak membuka mata. Sebenarnya Ali tadi hanya pura-pura tidur sampai ia benar-benar tidur dan tak sadar sudah ada orang lain disini.

"Usir mereka," ujar Ali dengan wajah yang menatap arah lain menghindari kontak mata dengan ibunya sendiri.

Rara masih bingung harus melakukan apa, gadis itu hanya diam tertegun.

"Ali ini ibu kamu nak, mamah mohon mamah hanya ingin bicara sama kamu."

Ali tak menggubrianya masih memilih diam.

"Udah tante ayo pulang," ujar Sellia menarik pelan Lidia.

Lidia menatap Rara tajam namun kemudian menurut dengan Selia. Namun sebelum keluar Selia menghampiri Rara yang masih berdiri di dekat pintu dan membisikan sesuatu pada Rara.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang