55. Aliendra

551 86 10
                                    

Kalo ada typo mohon bantu koreksi, itu sangat membantu author!

Selamat Membaca










Kelas XI IPA 3 benar-benar hening kali ini sampai suara bell pulang yang terdengar kencang membuat seluruh murid disana tersadar lalu memasukkan peralatan sekolahnya pada tas masing-masing.

"Ulangan kenaikan kelas diadakan senin sekarang jadi Ibu harap kalian semakin giat belajar. Bukan sekedar di pelajaran biologi tapi pelajaran yang lain juga." Bu Tini memberikan peringatan.

Tak ada sahutan yang biasanya keluar dari salah satu siswanya. Siswa yang selalu nyeletuk sesukanya pada guru tapi tak lupa untuk bersalaman dengan guru, siapa lagi kalau bukan Aliendra.

Bu Tini menghela nafas memandangi murid-murid seisi kelas yang nampak menunjukkan wajah sedih mereka.

"Untuk kalian semua teman-teman sekelas Aliendra. Ibu dan pihak sekolah mengucapkan turut berduka cita atas musibah yang menimpanya."

Hanya ada helaan nafas dan anggukan kecil dari para murid. Sebenarnya mereka ingin menjenguk Ali namun karena Ali masih dirawat di ruang ICU jadi kapasitas pengunjung masih dibatas, sehingga hanya perwakilan saja yang boleh.

"Ini memberikan kita semua pelajaran untuk lebih berhati-hati lagi dalam mengendarai kendaraan."

"Intan sama Gilang. Bisa tolong bawakan bukunya?" lanjut Bu Tini sembari menunjuk nama yang disebutkan untuk membawa tumpukan buku diatas meja guru.

Intan dan Gilang kompak maju ke depan mengambil tumpukan buku dan membagi dua.

"Yang lain langsung pulang. Jangan ada yang kebut-kebutan."

Saat murid lain keluar. Hanya tersisa Satya, Putra dan Gina. Mereka masih duduk santai tak bersemangat.

"Gue merasa kehilangan," celetuk Putra menoleh bangku kosong disebelahnya.

Gina dan Satya menoleh kecil lalu menghela nafas bersama seolah menumpahkan rasa lelahnya bersamaan.

"Abis tisu dirumah gue cuma gara-gara nangisin tuh anak, pake koma lagi bikin gue pengen nangis terus." Gina tak bisa berbohong. Sebagai seorang sahabat ia tak munafik, ia benar-benar mengkhawatirkan Ali.

Satya menepuk-nepuk bahu Gina, "udah jangan terlalu terbawa. Gue yakin, kita semua yakin Ali pasti sembuh kayak semula."

"Gue nyesel pernah ngatain biar dia sekarat dulu. Dan pas sekarang sekarat beneran, bikin hidup gue sesek setengah mati," gumam Putra mengingat candaannya dulu.






Sementara itu di ruang guru. Intan dan Gilang menaruh bukunya bersamaan.

"Saya mau bicara dengan kalian sebentar," kata Bu Tini membuat keduanya saling melempar tatapan sebentar.

"Duduk dulu."

Gilang dan Intan duduk berdampingan dihadapan guru yang umurnya sekitar enam puluhan itu.

Bu Tini menyodorkan dua kertas yang diberikan pada Intan dan Gilang. Keduanya melihat kertas itu lalu mendongak.

"Ulangan harian minggu kemarin?" tanya Intan.

"Kenapa dibagi disini? Kenapa gak dikelas?" Gilang mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Lihat nilai kalian."

Keduanya kompak mengambil kertas tersebut dan membalikannya. Dalam kolom terlihat cetakan pulpen merah sebagai tanda nilai mereka.

"Sekali lagi ibu minta agar musibah yang menimpa Ali tidak membuat giat belajar kalian mengurang."

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang