14. Ide Bagus

914 133 0
                                    

Keesokan harinya Ali dan teman-temannya sudah berkumpul di pinggir lapang hijau SMA Pelita.

Dengan spanduk besar yang kemarin sudah disiapkan juga kehadiran para Gilang mania memenuhi pinggir lapangan. Mungkin beberapa orang merasa aneh melihat kehebohan mereka.

"Gilang Mania!"

"Gilang Mania!"

"Gue dengernya Gilang Manila!" ucap Putra cekikikan.

Ali dan Satya pun tertawa sementara Intan dan Gina berbaur dengan para anak perempuan disana.

Gilang sudah turun kelapangan diikuti para anggota lawan, jika dilihat dari pinggir lapangan begini kharisma Gilang akan keluar. Meskipun memakai kawat gigi tapi jika Gilang mingkem pasti akan membuat siapapun terpesona.

"Gue prediksi skornya tiga satu!" ucap Satya sudah berseru lebih dulu.

"Tim Gilang yang unggul?"

"Tim lawan lah!!" ujar Satya nyaring.

Ali langsung menoyornya, "gue sih meskipun gak suka-suka amat sama Gilang tapi tetep Gilang Mania!"

Permainan sudah di mulai, sorakan para penonton terdengar nyaring sampai ke lapangan.

"Tendang! Tendang!" Putra sudah heboh.

"Gilang astagfirullah calon imamku!" Para gadis di belakang Ali bukannya bersorak untuk mendukung Gilang, mereka lebih bersorak saat melihat wajah Gilang yang penuh peluh keringat.

"Gilang kesini dulu mau gue lapin muka gantengnya!"

"Jodoh orang kenapa ganteng!"

Ali hanya menggelengkan kepalanya sambil berdecak.

"Al! Al! Gebetan lo!" Kata Putra menepuk-nepuk pundak Ali.

Ali menoleh mengikuti arah pandangan Putra.

"Siapa?" tanya Ali polos.

"Ya Rara lah! Emang siapa lagi?"

"Males ah, disini lebih rame. Lagian dia lagi ngapain sih?"

"Dasar pakboy! Lo gak peka banget sih. Ya udah kalau lo gak mau biar gue aja yang nyamperin dia," ujar Putra sambil melangkah namun Ali segera menariknya.

"Lo mau gue pukul!" Ancam Ali dengan bengisnya lalu segera pergi.

Ali menghampiri Rara yang tengah sibuk menyusun kotak di hadapannya.

Ali menoleh ke kanan dan ke kiri ternyata mereka sedang mengadakan bazar, pantas saja Rara tak ikut seru-seruan di pinggir lapang ternyata mereka sedang berjualan.

"Oh lo buka bazar?" tebak Ali membuat Rara tersadar.

Di kios dagangan Rara juga ada Naya sedang sibuk main ponsel.

"Heh lo pacarnya Satya kan?" tanya Ali pada Naya.

Naya menggelengkan kepalanya, "najis playboy kampung!" cerca Naya tak banyak peduli.

"Kenapa dia?" tanya Ali pada Rara.

Rara menoleh pada Naya lalu beralih pada Ali, "di php-in sama teman kamu," ucap Rara setengah berbisik.

Ali hanya ber'oh ria sambil mengangguk-anggukan kepala.

"Eh makan bareng yuk, laper gue," ajak Ali.

Rara menoleh pada Naya sebentar, "Nay jagain yah, aku mau makan siang dulu."

"Oke," seru Naya sambil beranjak berdiri tegak.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang