29. Teman Unfaedah

622 98 27
                                    

Selamat membaca ...

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan tubuh Rara masih dibaluti pakaian tidur, ini memang hari minggu jadi Rara bisa santai meski sebenarnya hatinya tidak sedang santai.

Rara hanya memandangi jendela kamarnya dengan tatapan bingung, terlalu banyak yang ia pikirkan. Hati kecilnya terus dihantui rasa bersalah.

"Sayang."

Suara lembut dari balik pintu membuyarkan lamunan Rara.

"Masuk aja mah," balas Rara.

Rani memasuki kamar puterinya dengan meletakan satu gelas susu.

"Hari ini Mamah mau ke butik mau ngambil baju pesenan mamah, kamu mau ikut?" tawar Rani.

Rara menggelengkan kepalanya perlahan, "enggak deh mah."

"Kamu mau keluar juga? Ada acara?"

Rara hendak menjawab namun menggelengkan kepalanya lagi.

"Kamu ada masalah, sayang? Mau cerita sama Mamah?"

Rara terdiam sebentar dan langsung memeluk ibunya dan merengek, "Mamah."

Rani tersentak, "kamu kenapa? Cerita sama Mamah."

"Rara berhutang budi sama seseorang."

"Hutang budi? Memangnya apa yang terjadi?"

Rara melepaskan pelukannya. "Semalam saat acara pensi, Rara izin pergi ke minimarket dan saat dijalan Rara hampir tertabrak mobil tapi temen Rara lindungin Rara dan alhasil dia yang tertabrak."

"Kamu serius?" tanya Rani kaget, "terus keadaan temen kamu sekarang gimana? Kamu kenapa baru cerita?"

"Rara takut Mamah khawatir, dan syukurnya temen Rara baik-baik aja," balas Rara.

"Ya jelas Mamah khawatir kalau anak Mamah kenapa-kenapa. Ya udah kamu jenguk dia aja sekarang gimana? Mamah pengen ikut jenguk juga tapi Mamah bener-bener harus ke butik sekarang."

"Rara pengen jenguk tapi Rara ngerasa gak enak sama temen-temen dia, Rara terus-terusan disalahin atas kejadian ini," adu Rara, bagaimanapun Rara hanya anak remaja enam belas tahun yang memiliki sisi anak-anak.

"Sayang, ini urusan kamu sama dia bukan sama teman-temannya. Inikan kecelakaan, udah jangan pikirin apa yang teman-temannya katakan."

Rara tersenyum senang, "ya udah kalau gitu Rara siap-siap mau jenguk temen Rara kalau gitu."

"Selagi kamu siap-siap, Mamah siapin brownies dulu buat bingkisan yah."

Rata mengangguk, "makasih Mah."


•••



Hari minggu ini berhubung dalam keadaan sakit Ali hanya bisa rebahan sambil memandangi gorden kamarnya, segabut itu memang tapi bagaimana lagi, ayahnya sudah pergi untuk menemui orangtua kandung Alena dan Ali tidak diperbolehkan kemana-mana.

"Kasian banget sih gue, muka ganteng tapi gabutan."

"Konichiwa!"

"Annyeong haseyo yorobun!"


"Assalamu'alaikum akhi!"

Nyaris Ali hampir meloncat dari tempat tidur karena tiba-tiba pintu dipaksa untuk dibuka dan masuklah pasukan rusuh.

"Ngagetin bangke!" geram Ali sambil melemparkan bantal pada Satya.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang