46. Semakin berat

528 92 3
                                    

Bantu koreksi kalau ada typo!

Dengan telaten Rara memasukkan beberapa bahan makanan untuk membuat kue ke dalam troli.

Hari ini Rara berencana akan membuat brownies dengan ibunya mengingat pesanan yang mulai kembali menumpuk.

Saat sedang berjalan Rara tak sengaja mendorong troli orang lain sehingga saat orang itu hendak memasukkan tepung ke trolinya malah langsung jatuh ke lantai sehingga membuat tepung meledak kemana-mana.

Rara sontak terkejut karena itu bukan hal yang ia sengaja tapi orang itu justru menatap Rara dengan tatapan tak suka.

"Kamu ceroboh sekali!" Lidia perempuan itu menatap Rara bengis lalu menoleh pada tepung yang nampak berantakan mengotori lantai.

Petugas supermarket menghampiri mereka, "aduh ibu ini kenapa bisa begini?"

"Anak ini mas, ceroboh sekali dia sengaja dorong troli saya."

Rara terkejut, "tante maaf saya enggak sengaja."

"Maaf kamu gak akan cukup, udah mas suruh dia yang ganti rugi!"

Rani yang ada di rak sebelah pun segera menghampiri anaknya dan melihat apa yang terjadi.

"Ada apa ini Ra?"

"Oh jadi ini ibunya gadis itu? Di dorong troli saya dengan sengaja."

Rani menatap Rara, "benar itu Ra?"

"Yang dorong Rara tapi Rara gak sengaja." Rara berusaha membela diri namun Lidia tetap saja ngotot menyela segala ucapan Rara.

"Kamu gak usah banyak alesan!"

"Rara mau disengaja atau gak disengaja buruan minta maaf! Mas ini biar saya saja yang ganti rugi." Rani masih bisa berbicara dengan baik bahkan masih bisa dibilang cukup tenang.

Petugas supermarket itu hanya mengangguk.

"Tante saya minta maaf."

Lidia berdecih, "dari awal saya udah ada feeling gak enak sama kamu, lain kali pikir-pikir dulu kalau mau jadi pacar anak saya."

Rani mengerutkan keningnya, "mohon maaf maksud ibu apa ya?"

Lidia tersenyum miring, "apa ibu gak tahu kalau anak ibu itu pacaran sama anak saya tanpa sepengetahuan saya?"

Rani menatap Rara, "anak saya pacaran sama anak ibu?"

"Iya, sama Ali dia anak kandung saya dan saya dengan kamu adalah gadis pembawa sial yang terus-menerus membuat Ali dalam masalah."

Rani langsung naik pitam, sebagai seorang ibu ia tak bisa melihat anaknya dimaki-maki di depan umum seperti ini.

"Oh ibu adalah ibunya Ali, dengan penuh rasa hormat saya ingin memperingati untuk jaga mulut ibu. Ini semua adalah musibah, ibu tidak bisa menyalahkan anak saya!"

"Mah!"

Lidia semakin tertantang berhadapan dengan Rani, "terus saya harus menyalahkan siapa? Anak saya? Yang jelas-jelas jadi korban itu anak saya."

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang