30. Pertama kalinya

659 110 18
                                    

Khilaf yang disengaja
_Aliendra

Setelah teman-teman Ali pergi bi Tina langsung masuk ke kamar dan meletakan brownies yang tadi dibawa oleh Rara dan juga semangkuk bubur.

"Maaf yah den browniesnya tinggal setengah soalnya tadi di dapur sempet diserbu temen-temen aden," ujar bi Tina.

Ali memutar bola matanya malas, "punya temen lambungnya gembel semua."

Rara sedikit melotot pada Ali, "iya bi gak papa. Makasih yah."

"Oh iya aden ini sarapannya jangan lupa obatnya juga diminum yah," pesan bi Tina lalu keluar dari kamar.

Rara mengangguk lalu gadis itu sesekali membuka ponselnya, siapa tahu ada yang tiba-tiba mengorder brownies.

Rara mengerutkan keningnya lalu mendongak menatap Ali yang hanya diam saja memperhatikannya.

"Ada apa?" tanya Rara lalu gadis itu beralih menatap mangkuk bubur yang masih penuh.

Ali hanya berkedip berkali-kali, "kita ketemu tapi kita berjarak."

"Aku gak ngerti. Kamu kenapa belum makan?"

"Udah kelewat lapar jadi males," ucap Ali kemudian melengos dan tiba-tiba sudah memiringkan ponselnya.

Rara berdecak gemas lalu gadis itu mengambil mangkuk bubur tadi dan segera memberikan sesendok bubur tepat di depan mulut Ali.

Ali menatap bubur tersebut lalu beralih menatap Rara dan langsung melahapnya.

"Kamu kalau mau disuapin kenapa gak ngomong aja, aku gak ngerti kalo pake kode-kode," ujar Rara spontan membuat Ali tersenyum.

"Lo nya aja yang gak peka," ledek Ali.

Rara menghela nafas kemudian kembali menyuapi Ali, "aku kan udah bilang kalo aku emang gak paham. Lagian selama ini cowok yang sering deketin aku biasanya mereka to the poin gak banyak kode."

Ali terbatuk mendengar celotehan Rara dan Rara segera memberinya minum.

"Makanya kalau makan jangan sambil maen game! Jadi kamu gak fokus makannya," geram Rara.

"Bukan gamenya yang bikin gak fokus tapi karena lo ada disini."

"Emang aku ngapain?"

Ali berdecak melempar ponselnya lalu meraih kedua tangan Rara dan menguncinya sampai ke sandaran kasur.

Rara terdiam merasakan hawa hangat tubuh Ali yang mengurungnya dengan wajah terpaku Ali menatap Rara begitu intens.

Ali tiba-tiba menunduk kemudian melepaskan tangan Rara secara tiba-tiba pemuda itu kembali duduk bersandar seperti semula.

Suasana kembali canggung, Rara tak tahu harus apa dan kenapa gadis itu merasa kecewa saat Ali melepaskan tangannya.

"Kamu minum obat," ujar Rara memberikan gelas berisi air minum dan dua pil obat pada Ali.

Rara kembali fokus pada ponselnya berusaha mengabaikan keheningan diantara mereka. Ini aneh atau Ali yang terlihat aneh atau juga Rara yang merasa ada yang aneh pada dirinya. Gadis itu berdecak kemudian menoleh pada Ali namun rupanya pemuda itu sudah terlelap dengan damai.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang