58. Menjauh

595 84 7
                                    

Mana nih yang kemantan minta aku up cepetan!!

Mau aku double up atau besok aja aku up nya?







Ali baru saja meminum obatnya. Ditemani Lidia yang menceritakan beberapa kejadian belakang yang Ali lupakan. Entahlah tak ada emosi dari raut wajah Ali, hanya tatapan penasaran saat Lidia berceloteh.

"Sekali lagi mamah minta maaf, Al."

Ali mengangguk meskipun ada perasaan sakit tapi dihatinya seperti tertanam perasaan memaafkan itu.

"Mamah tinggal bentar." Lidia beranjak meninggalkan Ali.

Selama Ali sakit tak pernah sehari pun Lidia melewatkan hari-harinya untuk merawat Ali. Sampai perlahan luka-luka disekujur tubuh Ali memudar, lengan dan kakinya yang patah kemarin perlahan sembuh dengan terapi namun tidak dengan ingatannya.

Ali melihat Rara keluar dari ruangannya, Putra sempat bertanya dan Rara sekilas menjawab lalu meninggalkan mereka. Tangan gadis itu terluka membuat Ali diam-diam mengatupkan mulutnya merasa bersalah. Dalam kondisi seperti ini jelas Ali tak bisa mengontrol emosinya, ia tak tahu siapa yang bisa ia percaya.

Sementara itu Rara memasuki kamar mandi dan mencuci wajahnya. Sampai dirasa segar Rara mengeringkan wajahnya dengan handuk kecil yang ia bawa.

Biasanya jika sudah libur begini Rara pasti liburan ke rumah neneknya tapi kali ini ia benar-benar menghabiskan waktunya di rumah sakit menunggu Ali benar-benar sembuh.

Karena Rara yakin, sangat yakin Ali pasti sembuh.

"Lo pergi ke kamar mandi dan ngundang banyak tanya dari anak-anak."

Rara tersentak kecil ketika mendengar suara Gina saat mendekatinya.

"Eh, Gin."

"Musibah yang menimpa Ali cukup membuat gue dan temen-temen terpukul termasuk lo."

Rara hanya bergumam dan mengangguk kecil, itu benar.

"Waktu Ali ngamuk kemarin itu bener-bener bikin kita semua khawatir, khawatir soal mentalnya. Dan lo juga liat waktu kita bahas orang-orang yang gambar dia inget, dia malah kesakitan."

Alis Rara terangkat kecil menoleh pada Gina.

"Maksudnya?"

Gina menghela nafas memandangi Rara yang tingginya masih beberapa senti dibawahnya, "gue tahu lo pasti ngerti. Lo sama Ali udah selesai dan yah lo tau sendiri gue sama temen-temen sepakat kalau dia gak perlu mengingat hal-hal yang justru ngebuat dia semakin sakit."

Rara tertegun mendengar ucapan Gina yang seolah memojokkan dirinya.

"Gue gak maksud mojokin lo, Ra. Tapi jujur sebagai sahabat gue gak mau Ali kenapa-kenapa, cukup masa lalu dia yang buruk dan berhenti bikin dia mati-matian buat inget lo siapa karena itu nyakitin dia."

Garis wajah Rara meneduh, benar ucapan Gina pikirnya. Rara hanya orang baru dan wajar saja jika Ali lupa, itu bukan kesalahan Ali.

Rara benci memaksa, jika seseorang ingin pergi makan Rara tak bisa membuatnya tetap tinggal.


•••






Rara dan Gina kembali ke kamar rawat Ali membuat teman-teman Ali sempat menoleh kecil namun kembali kekesibukannya masing-masing.

"Gue gak tau, Al."

"Ck, masa lo gak tau sih? Lo kan temen gue, Sat."

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang