45. Rindu

560 96 1
                                    

Attention!
Kalau ada typo harap langsung komen karena itu membantu author!





Dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya tak lupa ponsel yang terus-menerus menempel di pipinya, Ali tak memperdulikan sekitar rumah dan hanya mengoceh sendirian, ralat pemuda itu tengah melakukan panggilan telepon dengan Rara.

Satu minggu sakit Ali hanya menghabiskan waktunya dengan menelpon Rara setiap jam. Ini benar-benar menyiksa Ali.

"Pengen ketemu liat muka kamu, kalau cuma vcall gak mempan buat ngilangin rindunya." Ali terus mengatakan hal yang sama, baginya melihat wajah Rara secara langsung dan tidak langsung itu adalah hal yang berbeda.

"Nurut atau kita gak akan pernah ketemu sama sekali!"

Ali kembali ciut jika ancamannya begitu. Ini semua demi kebaikan bersama, Ali dan Rara tengah melakukan misi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi yaitu dengan sama-sama menjaga jarak sampai jalan keluarnya ditemukan. Ali bersumpah pada siapapun pelakunya, Ali akan memberikan hukuman yang setimpal karena telah membuatnya gila karena rindu.

"Kalau aku tahu siapa penerornya, aku bakalan bikin hidup dia gak tenang! Berani-beraninya dia bikin aku rindu setengah mati!"

Terdengar kekehan Rara dari seberang sana membuat Ali terdiam mendengarnya.

"Aku benci jarak diantara kita."

Ali mengulum senyumnya, jangan sampai ada orang dirumah memergoki pipinya yang tengah merona.

"Oh iya aku hampir lupa, tetangga aku punya CCTV tepat didepan rumahnya yang berhadapan sama rumah aku."

Ali sontak kembali bersemangat karena pelakunya hampir ditemukan tapi pemuda itu kembali menghela nafas menyandarkan punggungnya pada sofa.

"Jangan bahas itu napa, aku kangen pengen uwu-uwuwan dulu."

"Al."

"Iya-iya! Kirim filenya nanti aku pelajari." Dengan ketus Ali berkata membuat Rara lagi-lagi terkekeh.

"Baru seminggu aja udah kayak setahun, gimana nanti kalau kamu tinggalin aku kuliah di Jerman."

"Rara!"

Tak ada suara gadis itu lagi sepertinya tapi sambungan masih terhubung. Ali kembali menghela nafs berat. Sepulang dari rumah sakit Harlan sudah memberitahunya bahwa Dani sudah merestui hubungan mereka begitupun Harlan tapi dengan syarat Ali harus memperbaiki nilainya dan harus bisa mengejar pendidikan di Jerman. Itu sangat berat bagi Ali ditambah Dani setuju dengan syarat itu dengan dalih agar Ali menjadi laki-laki bertanggung jawab kedepannya.

"Aku serius sama kamu dan apapun syaratnya aku siap."

"Aku yang enggak, apalagi disana banyak bule seksi. Meskipun kamu gak pernah keliatan macem-macem tapi aku tahu isi otak kamu!"

Ali tak kuasa untuk tidak tertawa mendengar itu, sebenarnya otak Ali yang bermasalah atau otak Rara, sepertinya Ali yang salah. Kan Ali laki-laki.

"Bule is not my type."

"Terus yang kayak gimana tipe kamu?"

Ali merubah posisinya menjadi duduk tegap tapi tak mengubah posisi ponsel yang ia letakkan di dekat telinganya.

"Aku gak punya kriteria khusus, asal itu kamu pasti aku suka."

"Gombal! Udah aku tutup dulu telponnya disuruh ketua kelas buat manggil guru."

Tanpa persetujuan Ali sambungan telpon sudah terputus membuat Ali hanya bisa menipiskan bibirnya. Rara memang sedang bersekolah dan Ali dengan tanpa dosanya terus mengganggu Rara.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang