Ali menghela nafas berusaha mengendalikan dirinya agar tidak emosional saat bertemu dengan ibunya nanti."Dari mana aja kamu?" tanya Harlan sambil menyuruh Ali duduk disampingnya.
Sebelum hendak duduk tiba-tiba sebuah tangan merengkuhnya memeluk Ali penuh sayang, terdengar suara parau di telinganya.
"Mamah kangen banget sama kamu sayang."
Mulut Ali membisu tak tahu harus merespon apa, anak itu rindu tapi rasanya sudah membeku.
"Udah berapa bulan kita gak ketemu."
Lidia perempuan itu wanita yang melahirkan Ali dan membesarkan Ali hanya hingga usia Ali tujuh tahun. Memegang tangan Ali menelitik putranya yang kini sudah besar, tapi tiba-tiba pandangannya beralih pada telapak tangan Ali yang terlilit perban putih.
"Kenapa tangan kamu?"
Harlan mendongak menatap mereka, "dua hari yang lalu Ali mengalami kecelakaan di jalan."
Kening Lidia berkerut menatap satu persatu keluarga Ali. "Kalian tahu Ali habis kecelakaan tapi kalian tak memberikan respon apa-apa? Kamu juga Harlan, udah tahu Ali habis kecelakaan kenapa dibiarkan berkeliaran seperti ini? Aku udah tahu pasti kalau Ali diurus kamu akan jadi seperti ini."
Ali menghela nafas, "udah sok pedulinya?"
"Ali ini mamah sayang, jelas mamah peduli sama kamu." Lidia menggelengkan kepalanya bingung.
"Kak Harlan sempat mengabari jika Ali sakit tapi dia bilang Ali sudah baik-baik saja jadi kami sudah tidak khawatir," ujar Heri adik Harlan.
"Sudah cukup debatnya, kita disini akan membahas soal kepindahan Alena. Harusnya kalian malu dengan kedua orang tua Alena disini!" cerca Hendri ayah Harlan.
Harlan, Lidia serta Ali saling pandang kemudian mereka semua duduk kembali.
Ali melirik kanan kiri, mulai dari sang kakek dan sang nenek yang duduk berdua lalu ibunya dan ayah tirinya serta pamannya Heri dengan sang pacar sampai Alena dan Regan yang duduk berdua juga. Semua berpasangan kecuali Ali dan ayahnya. Dalam hati Ali ingin tertawa kecil kenapa sang ayah justru terlihat konyol jika seperti ini.
"Jomblo nie?" bisik Ali pada Harlan dengan nada mengejek.
Harlan geram lalu langsung menginjak sepatu Ali.
"Aww!" rintih Ali pelan.
•••
Satu persatu keluarga memeluk Alena bergantian sebagai pelukan terakhir sebelum melepas putri itu.
Bagaimanapun juga Alena adalah satu-satunya keturunan perempuan dikeluarga Cendana meski gadis itu bukan anak kandung tapi semua orang sangat mengistimewakan dia.
Terakhir Ali memeluk Alena dengan erat, terdengar isakan kecil dari keduana dan bayang-bayang saat pertama kali mereka bertemu.
Flashback on
Sebelas tahun yang lalu di panti asuhan 'Kasih Ibu'Ali kecil menatap sendu kedua orang tuanya yang sedikit-sedikit bertengkar tanpa tahu tempat.
Awalnya mereka kemari ingin menyegarkan pikiran mereka dengan melihat anak-anak manis disini tapi mereka justru semakin parah.
Ali yang masih berumur enam tahun itu berlari menghindari percakapan kasar diantara orang tuanya.
Dengan keringat yang bercucuran didahi kecilnya sambil menangis sesegukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aliendra [SELESAI]
Teen FictionAmazing cover by @iiwpaw [Sudah Lengkap] Warning!! [R15+] cerita mengandung kata-kata kasar, adegan kekerasan, dan perilaku/tingkah yang tidak pantas dibaca oleh anak dibawah umur. [Mohon untuk tidak ditiru] "Jadi cantik jangan judes-judes kasian...