Epilog

1K 116 7
                                    


Satu tahun lagi Ali akan lulus SMA lalu nanti ia akan memikirkan dimana ia akan melanjutkan pendidikannya, ikut kemauan orang tua atau memilih jalannya sendiri.

Rasanya aneh setelah melewati kejadian buruk beberapa bulan yang lalu kini Ali masih bisa menghirup udara segar.

Tumbuh sebagai anak broken home menjadi trauma tersendiri untuk Ali. Dunianya nampak berbeda.

Ali sangat ingat waktu ia masih menginjak usia sekolah dasar dimana saat makan siang pasti teman-temannya akan memamerkan makanan buatan ibunya, sementara Ali hanya bisa diam sembari menatap bekal makanan yang dibuatkan Bi Tina karena ibunya sibuk bekerja jadi tak sempat membuatkannya bekal makan siang.

Dari kecil Ali selalu membandingkan kehidupannya dengan orang lain. Kenapa disaat teman-temannya mempunyai adik atau kakak tapi Ali selalu sendirian, namun galau Ali waktu itu tak lama sampai orang tuanya memberikan Alena untuk Ali sebagai kakak juga sahabat Ali.

Tapi nyatanya itu tidak cukup. Ali tetap mendengar keributan dirumahnya. Ali kecil selalu ketakutan dan selalu ada Alena yang mendekap telinganya dengan bantal.

Suatu hari Ali melihat ibunya pergi dari rumah dan dengan sikapnya Harlan memeluk Ali dan menasehati Ali. Ali tak mengerti apa yang terjadi sampai suatu hari ia menyadari itu.

Sejak Sekolah Menengah Pertama Ali mulai tak terkendali. Ali mulai mengenal apa itu nikotin, Ali mulai memberontak.

Tapi tak lama ia kembali menjadi anak yang tak terlalu nakal saat masuk SMA. Iya karena Ali jatuh cinta, itu jawabannya, jatuh cinta benar-benar merubah Ali. Sosok Rubi itu sangat wah dihidup Ali saat itu. Tak lama Rubi juga sama tiba-tiba pergi membuat dunia Ali kembali hancur.

Tapi semenjak putus dari Rubi entah harus bersyukur atau bagaimana karena yang jelas setelah itu Ali bertemu dengan gadis bernama Lentera.

Gadis yang saat ini tengah memeluknya diatas motor. Gadis yang membuka pikiran Ali.

Ali kini sadar pikiran dendam tentang orang tuanya tak pantas ia timbun menjadi kebencian yang mendalam. Semua manusia pasti melakukan kesalahan dan cara terbaik menyelesaikannya adalah dengan memaafkan.

Hati Ali kini terasa lebih ringan. Hanya ada perasaan senang dan sedikit cemas. Cemas karena setiap ia terlalu bahagia maka kekecewaan pasti akan datang.

Rara mengeratkan pelukannya membuat Ali tersadar dari lamunannya.

"Mikirin apa?" tanya Rara sembari memunculkan wajahnya di spion.

Ali tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

Motor Ali berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah.

Ali mengusap-usap tangan Rara yang melingkar di perutnya.

"Aku lagi mikir gimana caranya buat hidup seribu taun lagi sama kamu."

Rara terkekeh, "ngaco deh."

Ketika lampu kembali hijau Ali kembali melajukan motornya.

Ali tak tahu apa jadinya jika ia tak pernah tabrakan di Koridor SMA Pelita waktu itu.

Ah. Ali juga memikirkan apa yang terjadi dengannya jika ia hidup tanpa sahabat-sahabat gilanya. Sahabat aneh yang ternyata memberinya pelajaran hidup yang luat biasa.

Dari Intan Ali tahu ternyata menjadi serba bisa itu tak menutupi kemungkinan jika ia juga memiliki kekurangan.

Dari Gina Ali juga tahu seseorang bisa begitu mengobsesikan sesuatu sampai melakukan hal-hal gila agar obsesinya tercapai.

Dari Satya Ali belajar sebuaya apapun playboy tapi kalau sudah menemukan cintanya. Percaya deh, pas udah putus wajahnya pasti menyedihkan.

Dari Putra Ali gak belajar apapun.

Gak guna.

Banyak bacot.

Kang nebeng.

Eh gak deng. Dari Putra Ali tahu jika kita menyayangi seseorang dan kita tidak bisa membahagiakannya setidaknya kita jangan menyakitinya.

Dan yang terakhir Gilang. Kata orang Gilang itu sempurna tapi tak ada yang tahu jika Gilang itu mudah depresi. Tetap saja Gilang adalah Gilang yang selalu kuat dan bijak meskipun ucapannya pedas tapi Gilang sangat penyayang dan paling peduli.

Ali tak pernah tahu bagaimana masa SMA-nya jika tidak bertemu mereka sebelumnya.

Dan untuk Rara yang kini menjadi kesayangan Ali. Ali tak pernah tahu sampai kapan ia akan menyayangi Rara tapi Ali akan tetap mengusahakan itu.

Cerita seorang Aliendra belum berakhir. Ini hanya sepenggal kisahnya karena tidak ada yang tahu seperti apa kedepannya.

Tapi satu yang pasti saat ini Ali sangat menyayangi gadis ini. Ali belum pernah merasakan perasaan luar biasa seperti ini sebelumya.

Dalam hati ia berucap syukur pada Tuhan yang mengizinkannya untuk bertemu makhluknya yang cantik ini, atau berterimakasih pada panitia lomba antar sekolah waktu itu karena dengan tak sengaja ia bisa bertemu dengan Rara, atau juga berterimakasih pada takdir.

Ah Ali benar-benar senang rasanya.

Dan di belakang Rara tersenyum karena masa SMA-nya begitu berwarna saat bersama Aliendra.

Makasih Ali.







T A M A T












udah tamat? Serius? Iya udah. Makasih ya kalian supportnya yang luar biasa.

Btw aku mau bikin cerita lagi bentar lagi mending sequel atau cerita baru nih hihi.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang