Sepanjang perjalanan pun kami masih asyik ngobrol, beda dengan gesha yang asyik sibuk sama mainannya ditangannya, sesekali gesha juga tampak mengajak aku bermain.
Hingga pada akhirnya kami pun sampai tujan, jujurnya tiba-tiba aku malu. Apa lagi jumpa sama para pejabat besar. Ditambah lagi aku ga ada hubungan apa-apa disini, hanya sekedar sahabat yang menemani sahabatnya.
"kita sampai..., yaudah yok sha." aku masih kayak orang bingung dan ternyata itu disadari digo.
"hey, kamu kenapa sha?" tanyanya sambil natap aku heran.
"digo, aku disini aja ya sama gesha.."
"loh, kok gitu sih? Kamu san gesha harus masuk donk sha.."
"digo....." ucapku melas. Dia langsung memutar badanku untuk menghadap dia.
"kamu kenapa hem?" ucapnya lembut, lalu megang tanganku.
"sha, kok tangan kamu dingin gini sih..?"
"a..aku malu digo. Ga tahu aja kenapa aku jadi takut gini ya." ucapku dengan wajah panik.
"kamu malu kenapa sha? Lagian aku selalu disamping mu kok." dia berusaha menenangkan aku.
"ya takut aja, itu semua pada pejabat tinggi, orang berkelas semua.., lah aku cuma dosen doank."
"wkwkwk, semua orang itu sama aja sha. Ga ada yang beda derajatnya. Kamu ga usah minder gitu ya mama.."
Kali ini dia mengusap kedua pipiku."ih.., kamu malah jadi modus gini sih.." kesalku.
"tuh, lihat wajah anak kita natap mamanya gitu amat, malu donk sama gesha yang anteng aja." aku pun menoleh melihat gesha yang natap aku segitunya.
"hehehe, biasa aja kali nak natapnya." aku langsung cium pipinya.
"sha, coba tenangkan dulu paniknya..tarik nafas..ayo... Huh..!!" aku pun mengikuti sarannya.
"udah mendingan sha?"
"iya, udah agak mendingan digo.."
"yaudah yok, lagian kamu aman kok.., aku tetap disamping kalian. Okey?" aku pun mengangguk paham.
Digo menjanjikan ucapannya, bahkan baru turun dari mobil aja, dia langsung posesifnya rangkul pinggang ku. Aku juga malam ini ga akan protes dengan yang dilakukannya, soalnya aku lebih nyaman sama digo apa lagi dalam situasi kayak gini.
"kalau udah pegal, kita gantian ya gendong gesha?"
"iya digo.." jawabku senyum.
begitu kita masuk kedalam satu gedubg dihotel besar ini, dimana acara kantornya dibuat disini. Semua langsung menyambut digo, menyalamnya bahkan aku juga disalam, beda dengan gesha yang hanya diusap kepalanya.
Terlihat banyak sekali yang gemes sama gesha, aku aja sampai agak kewalahan hadapinya, takut aja gesha ga nyaman.
"pak digo, ini istri bapak? Kok ga undang sih pak? Gesha juga semakin besar ya?"
"cantik juga ya pengganti mendiang bu shelsi.."
"kenalin donk pak sama kitanya."
Itulah beberapa ucapan yang dilontarkan teman digo, aku cuma nelan ludah aja. Digo akan jawab apa ya? Itulah pikiranku.
"hehehe, aku belum nikah lagi kok pak, bu." kok nyesak ya dengarnya meski jujur sih apa yang dia katakan
"dan ini kenalkan shalona, sahabat aku dari masa sekolah.."
"jangan harap deh sha, kamu dianggap calon istri depan rekan digo.." batinku ngeledek diri sendiri.
"ohh, kirain istri bapak.., kenapa ga nikah sama sahabatnya aja pak, tuh gesha juga tampak nyaman banget sama shalona."
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Over (END) √
RomanceKedatangan ku kembali bukan untuk dia, namun bayi mungilnya berhasil mengambil hatiku. (Shalona Khriles Swidgjer) Aku tidak peduli dengan anakku, karenanya aku kehilangan istriku selamanya. Namun aku dikejutkan dengan kedatangan dia kembali, meng...