⚫⚫⚫
Hujan mulai reda langit pun sudah mengganti warnanya menjadi orange terang.
Pertanda sore datang dan bian juga alia masih duduk dihalte dengan kepala yang saling menopang.
"Maaf ya bi selama ini banyak salah sama lo maaf sikap gue yang dulu"ucap alia bangun dari pundak bian.
Bian hanya tersenyum lalu mengelus rambut lia perlahan.
"Gakpapa li jangan bahas masa lalu mending bahas masa depan kita aja"ucap dengan senyuman yang makin mengembang.
Manis. Itu yang alia lihat sekarang dan lia sangat takjub pada ciptaan tuhan yang satu ini mengapa dia sangat manis melebihi gula.
"Lo mah serius nih"ucap lia sedikit jutek namun dia berusaha menahan senyumnya.
"Mau diseriusin?"ucap bian dengan mata berbinar.
"Cape ya ngomong sama bian gak ada abisnya"keluh alia mengalihkan pandangannya.
"Iya sama kaya cinta aku kekamu gak akan pernah habis"ucap bian dan lagi-lagi dengan senyuman itu.
"Hmm"ucap lia dengan jantung yang entah apa kabarnya sekarang mungkin berdetak lebih kencang.
"Kok cuma hmm doang?"tanya bian dengan nada imutnya.
Sungguh dia sangat lucu menggemaskan dia seperti paket kumplit rasanya.
"Kalo gue ngomong ujungnya lo gombalin"ucap lia malas.
"Emang mau digombalin bian?"tanya bian membuat lia ehmm entahlah rasanya sangat aneh mungkin malu?.
"Tau ah"ucap lia beranjak dari duduknya.
"Jangan ngambek atuh kita beli baso mang budi yuk dah kangen nih"ucap bian sambil menarik lia untuk duduk kembali.
"Jadi pulang dari amrik jauh-jauh cuma kangen baso mang budi?"ucap lia dengan kecewa.