⚫⚫⚫
Typo⚠
Happy Reading💚Sudah satu minggu setelah kejadian dimana lia terjatuh juga kehilangan calon anaknya. Rasanya sangatlah sakit, ibu mana yang kehilangan anaknya akan bahagia. Lia hampir bunuh diri disaat dirinya tahu bahwa hanya dirinya yang selamat.
Rasanya tidak adil, rasanya dia tidak becus menjadi seorang ibu. Harusnya dirinyalah yang berkorban bukan anaknya yang tidak tahu apa-apa dan dengan tiba-tiba harus tiada demi ibunya.
Namun bian selalu mengingatkan dan berada disisinya selama kesulitan itu, hingga dirinya lebih ikhlas seperti sekarang. Lia mulai bekerja seperti biasa,menjadi seorang dokter bedah.
"kak nanti siang berangkatnya sama aku ya, jam 11 juga udah pulang kok"ucap lia ketika akan berangkat kerumah sakit. Seharusnya dia berada dirumah kelurganya. Dimana melihat sang kakak berjabat tangan dengan penghulu.
"iya lia. Kakak juga harus kecafe buat izin dulu"jawab nara dengan senyuman. Membuat lia tersenyum kecuali orang yang berada disampingnya,siapa lagi kalo bukan....
"ayo berangkat"ucap bian dengan wajah datarnya. Sejak kejadian itu rasa tidak sukanya terhadap nara semakin menjadi.
Lia sudah menjelaskan jika bukan nara yang melakukannya,melainkan orang lain yang tiba-tiba datang kerumah. Lia juga tidak bisa melihat orang itu karna tiba-tiba dia mendorongnya tanpa sebab,hingga membuatnya terjatuh. Namun dari aroma tubuhnya, lia merasa sangat familiar.
"hati-hati lia. Bian juga nyetirnya jangan ngebut"ucap nara.
"banyak omong banget"gumam bian namun masih bisa terdengar oleh nara maupun lia.
"yaudah kakak berangkat ya, assalamualaikum"
"waalaikumsalam"
Setelah kepergian lia juga bian. Nara bergegas menuju kecafe tempatnya bekeja selama ini. Nara hanya berkunjung dan meminta izin untuk menghadiri acara pernikahan kakaknya.
Setelah sampai disana, nara langsung masuk keruang atasannya. Nara sedikit gugup karna baru pertama kalinya dia bertemu dengan pemilik cafe. Saat nara mengajukan untuk bekerja disana, hanya ada manager yang menerimanya saat itu.
Tok... Tok.... Tok.....
"silahkan masuk"ucapnya dari dalam membuat nara semakin gugup.
Pintu pun dibuka, yang pertama kali nara lihat adalah atasan yang sedang menatap fokus pada ponselnya.
"permisi pak. Saya kesini ingin meminta izin untuk hari ini tidak akan bekerja"ucap nara dengan gugup namun nara berusaha untuk tenang.
Krik... Krik...
Nara rasanya ingin mengumpat sekarang, bagaimana tidak. Atasannya itu hanya diam tanpa menjawabnya sama sekali. Ingin rasanya nara menyeretnya kedapur dan menggilingnya bersama adonan kue.
"pak permisi saya —"
Oh shit!
Nara ingin menarik kata-kata barusan. Bagaimana bisa atasannya tampan seperti kdrama yang biasa dia tonton saat dirumah.
Atasannya hanya menatapnya begitu juga dengan nara, hingga kedua mata mereka bertemu dan terkunci begitu saja. Begitu lama hingga mata keduanya merasa terbakar.
"maaf"satu kata yang membuat nara damai dan tenang. Suaranya yang lembut juga berat membuat nara terkesima pada atasannya itu.
Astagfirullah nara jangan seperti ini -batin nara.