AUTHOR POV^
.
Deraga,juga ke-6 anggota inti faxka mulai memasuki gudang tua itu. Bukan apa apa, anak anak aldeshsiro sudah melarang faxka untuk membawa semua anggotanya, karna jika di bandingkan, anggota aldeshsiro lebih sedikit di banding faxka, kekuatan mereka juga tak sebanding dengan anggota inti faxka, tapi bedanya.. Sekarang tak ada si dingin devin.
"Raga" lelaki itu bertepuk tangan ketika melihat tamu yang di nantinya akhirnya datang, hanya dengan 7 orang termasuk deraga.
Deraga menatap nyalang lelaki di hadapan nya, tapi gerakan nya terlihat tenang di banding devan yang sadari dari tadi tak mau diam, dia takut adik kesayangannya kenapa napa di dalam sana.
Disisi lain, delisya terus berteriak minta tolong tapi tak ada satu orang pun yang mendengarnya, kata lelaki yang mengikatnya, ruangan ini kedap suara.
Sial!
Tangan nya memerah karna ikatan tali tampar yang terlalu kencang, "bangg, lepasin dong" kata lisya memohon pada kedua lelaki yang di tugaskan untuk menjaga dirinya. ralat, menyekap.
"Nona cantik,anda diam saja disini.percuma anda berteriak sekencang mungkin,mustahil untuk orang di luar sana mendengar suara anda" Lisya mendengus,dan tak lama mendengar suara kegaduhan yang luar biasa di luar sana.
Ini lisya takutkan,trauma akan hal seperti ini. matanya mulai berkaca kaca,menumpahkan setetes deni setetes bulir air mata lisya.
"DONII!!ALEX!!" entah suara siapa,yang jelas dua lelaki yang manjaganya tadi, segera berlari keluar setelah melepas ikatan tali lisya dengan paksa membuat lisya meringis sakit.
______
Lisya memutuskan untuk keluar dari ruangan itu, mencari sumber suara yang menampilkan suara sirine ambulance? Atau polisi?
Lisya tak kuat melihat ini, banyak nya orang yang terpapar dengan darah yang bercucuran di tambah matanya nya melihat lelaki yang biasa tak mau diam itu,sekarang terbujur lemas dengan bekas sayatan di lengan nya.Pandangan nya kabur,hatinya sesak, dan nafas yang tak teratur,
BRUKKK
_________________
Devin memasuki ruangan ini, ruangan yang cukup luas hanya untuk gadis mungil yang tak lain adalah delisya,adiknya.
Tangan kanan nya memutar knop pintu kamar adiknya, menampilkan sosok perempuan manis yang tengah menatap kosong jendela kaca kamarnya, yang terhubung langsung dengan balkon, tatapan nya kosong.dan itu yang devin khawatirkan, adiknya kembali lagi ke sosok yang pendiam selama dia masih mengingat kejadian di mana dirinya melihat darah.delisya phobia.
Kemarin tepatnya, dia mendapat telfon dari orang tuanya untuk kembali ke jakarta.jujur, dia terkejut mendengarnya, dia marah tapi kepada siapa? Dia tak bisa menyalahkan deraga.
"Lisyaa.."panggil nya lembut, melingkarkan tangannya dipinggang adiknya dari belakang.
Delisya mendongak, melihat wajah kakak kedua nya yang sangat dia rindukan."kak devin?" devin mengangguk dalam pelukan hangat itu," kapan pulang?"
"Barusan" delisya mengangguk dan kembali menatap ke depan.
Delisya menghembuskan nafasnya panjang, membalikan badannya lalu menelusupkan wajahnya di dada bidang kakaknya. "Lisya takut kak, lisya inget kakek kalau liat darah.serem kak!"
"Enggak ada yang perlu di takutin,lisyaa.. Semua nya akan baik baik saja, ada kami disini." devin mengelus lembut puncak kepala delisya, lalu mengecupnya, jika ada kata yang mengambarkan betapa cintanya kepada delisya melihi kata 'sayang',dia akan mengucapapkan nya beribu ribu kali saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deraga
Teen Fiction"gua deraga, ketua faxka" #1 in adikkelas (5 februari2021) #4 in senior(23 november 2020) #5 in adikkelas(23 november 2020) #6 in ice boys(12 oktober 2020) end: 01.okt 2022