penjelasan

1K 44 5
                                    

sorry lma ga update, gua kehabisan ide wkwk.
sorry jga buat part ini ga nyambung, setelah end gua bakal revisi cerita ini. tysm..



.












remaja wanita dengan pakaian hitam lekat itu membenarkan letak kerudung nya, sesekali mengusap air mata nya yang jatuh tanpa izin nya. memandang gundukan tanah basah yang sudah di taburkan bunga berwarna merah segar, sedikit ber jongkok ia mengusap bahu wanita paruh di depan nya yang sedang menangis pilu.

wanita paruh itu mengusap lembut nisan di depannya,

niara darmawangsa

"niara?" gumam seseorang

setelah mengetahui kematian rania, gadis bernama delisya itu langsung menangis dan berusaha ikut ke peristirahatan terakhir rania, meninggal nya rania membuat geger satu sekolah bahkan sekolah tetangga, berita nya belum valid jelas, ada yang mengatakan dia meninggal karna kecelakaan dan ada yang mengatakan di bunuh, polisi masih mencari tau tentang ini, jujur cukup sulit.

jika kalian melirik kebelakang, di sana ada dua sejoli tengah memakan ciki ringan sambil duduk di atas pagar pembatas kuburan, cukup doakan mereka terjatuh. kecuali lelaki dengan kacamata hitam itu, dia berdiri dengan tegap nya di samping delisya.

"al, pengen nasi goreng rasa brown sugar ngga lo?" tanya devan sambil mengelus perut nya yang sedikit buncit, akhir akhir ini dia jadi malas olahraga. kalau di tanya si selalu mengelak, bilang nya sudah dalam mimpi.

al, lelaki di sampingnya itu melirik malas devan yang tengah memasang ekspresi kelaparan. "gua lagi emosian, lo diem"

" sensi amat lo kaya sopir angkot kalau di salip" balas devan tak kalah sinis, membuat al menendang lembut tulang kering kaki devan.

"kentod! untung gua dah belajar keseimbangan sama galang" al terkekeh pelan, mata nya menelisik sisi kuburan, barangkali nemu setan kan bisa jadi bahan obrolan di markas.

dia menyipitkan mata nya, lalu menepuk pelan pundak devan membuat lelaki itu mengerang menahan emosi, acara makan citatos nya terganggu oleh setan premium ini. "paan njeng?"

"selo, noh liat pojok sono kek kenal ngga sama tu orang?" tanya al sambil menunjuk dengan gamplang orang yang ia maksud, devan ikut menyipitkan mata nya, memperhatikan sosok itu.

"oh itu janda belakang komplek gua"

"bukan yang itu, yang pake baju item anjing!"

"ULBAR!"

.

bugh

devan membenarkan kerah kemeja nya yang sedikit miring, meludah santai di depan wajah orang yang tengah ia pukuli. " maksud lo apa njing nyulik kakek kakek?" tanya nya gamblang

al ikut mengubah wajahnya dengan sangar, jujur ia juga sedikit emosi. melihat ulbar bangkit, ia kembali menendang tulang kering ulbar hingga lelaki itu kembali terjatuh terduduk di depan mereka.

"uhuk gua bisa jelasin" ulbar terbatuk batuk, darah keluar dari mulutnya. entah apa maksudnya devan menonjok tenggorokan nya, katanya biar dia tidak bisa makan seblak sebulan.

tadi, setelah memastikan bahwa orang yang al maksud adalah ulbar, al dan devan langsung berlari mengejarnya, tentu tanpa sepengetahuan siapapun termasuk deraga.

memukuli nya tanpa jeda, gini gini waktu kelas 3 devan mengikuti taekwondo walau cuma sampai sabuk kuning.

"lo tau?--

" ngga" jawab al memotong omongan devan dengan santai nya, devan berdecak lalu menjambak sadis rambut mullet terbaru milik al. dia potong di salon ivan gunawan by the way, MURAH BANGET.

"bukan lo njing!" gertak nya lalu kembali menatap ulbar dengan sok sangar. " gua sama keluarga gua nyari kakek berapa tahun? lo gatau trauma nya delisya!"

ulbar mendongak, dia sudah tak sanggup berdiri  "gua ngga ada niat gitu! bukan gua--

"bacod anjing!" devan kembali menendang ulbar hingga tersungkur, kini di bagian tengkuk membuat ulbar kehilangan kesadaran nya saat itu juga.

" goblok anjing lo ngapain nendang bagian situ kentod! mati, ntar lo di suruh tanggung jawab ama bapa nya tai!" maki al membuat devan menunjukan senyum bodohnya

"katanya broken home, bapa nya ga peduli"

"GELAP ANJING SENTER MANA!"



________________



"di bilang jangan suka mukul mukul gitu! kasihan kak ulbar! kakak belum tau penjelasan nya gimana kan? terus kalau udah kaya gini gimana? kakak bisa kena pasal--

"yaudah si sya, pingsan doang"

"AKU GA NGOMONG SAMA KA AKHMAL! DIEM!" gertak delisya sambil menutup telinga nya sendiri, dia juga butuh keselamatan gendang telinga nya.

akhmal kicep, dia menunduk sambil meremat kuki jarinya, lebih baik diam dari pada ga dapet jatah dari deraga.

deraga mengelus rambut delisya, memberikan tatapan lembut membuat delisya sedikit tenang. "devan sama al emosi tadi"

delisya mengangguk lalu memeluk tubuh deraga. melihat itu, deraga mendudukan dirinya di sofa yang berada di kamar inap ulbar, membuat posisi delisya naik ke atas pangkuan deraga. ya seperti yang kalian pikirkan, setelah pingsan nya ulbar, delisya datang dengan deraga dengan muka shock, menangis histeris menyuruh mereka membawa ulbar ke rumah sakit dan berakhir lah mereka disini.

cklekk

mendengar pintu terbuka, semua pasang mata menatap kedepan pintu. kebetulan di ruangan ini hanya ada deraga delisya, devan, devin, akhmal, galang dan al.

"kakek?"

pria paruh itu tersenyum tipis, lalu mendorong kursi roda nya mendekat. devin yang mengerti, mendekat ke arah kakek dan membantu mendorongnya. sedikit mengangguk ketika mendapat kata terimakasih dari sang kakek.

"jangan main h-hakim " kata kakek pelan dengan sedikit berbatuk, ya sebenarnya kakek memang bisa berbicara dan tidak bisu. hanya saja ia rasa tak ada kata yang penting untuk ia ucapkan, saking tidak ada nya semua orang menganggap nya bisu.

sama hal nya dengan semua orang yang berada di ruangan itu, kecuali ulbar yang masih terlelap. mereka terkejut tapi kembali menetralkan ekspresi nya, memberikan jeda untuk kakek kembali berbicara.

"b-bukan ulbar, tapi rania yang menyiksa kakek. dia yang mengancam kakek untuk tutup mulut dan membiarkan kalian menuduh ulbar" jelas nya dengan pelan, tapi karna ruangan ini sunyi mendukung suara kakek tetap terdengar jelas dan keras.

"kakek takut, maka dari itu kakek diam" kakek sedikit tersenyum tipis, menatap ulbar yang masih terlelap entah kapan lelaki itu bangun.

"ulbar, dia baik sekali sama kakek. "











.

.

.

.

.

ng gantung ygy

see you




DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang