papa... katanya?

1.3K 48 3
                                    


deraga berjalan santai kedalam apartemen nya, memasukan kedua tangannya kedalam saku celana. sesekali bersiul merdu, mood nya sedang baik hari ini tentu karna beberapa menit yang lalu ia baru menemui pujaan hatinya, ya si bocah ingusan delisya.

delisya: sirik bilang babi
author: y

memencet beberapa pin, lalu kembali berjalan menuju kamar, hari ini cukup melelahkan sebenarnya.

"deraga"

deraga menghentikan jalannya, berbalik dan melihat seorang pria dengan jas navy itu tengah berdiri di ruang tamu apartemennya, menatapnya dengan datar, membuat deraga membalas tatapan itu lebih datar dan tajam lagi.

"kenapa? saya sibuk" deraga kembali melangkah, tetapi suara pria itu kembali menghentikan nya

"attitude mu di mana? saya ayah mu!" sertak lelaki itu. cukup, deraga jengah mendengar kata itu.

"lalu, dimana juga attitude anda sebagai ayah?" balas deraga, menaikan sebelah alis nya sambil berjalan mendekati lelaki itu yang terlihat mengeraskan rahangnya, he likes this thing.

"cukup, papa mau bicara sesuatu sama kamu?" kita sebut saja afif (author lupa namanya), lelaki itu mendudukan dirinya di kursi single, menatap deraga yang ikut mendudukan dirinya di kursi yang berada tak jauh darinya.

"mau minta warisan?"

"deraga! papa sedang tak main main sekarang!" bentak afif tapi tak membuat deraga menciut sedikitpun, lelaki tampan itu menyandarkan punggungnya di sofa mahal miliknya. "papa akan menjodohkan kamu dengan rekan bisnis papa" lanjutnya membuat deraga tertawa renyah, lelucon macam apa ini? katakan, dia tak salah dengar kan?

"hidup anda miris sekali tuan afif, memang nya anda siapa?"

"saya papa mu deraga! saya yang membesarkan mu! saya yang memberi uang selama kamu--

takk

kartu debit bewarna hitam itu tergeletak di atas meja, deraga melemparnya dengan santai lalu menaikan alisnya.

"3 kali lipat ada di sana" jawab nya santai, afif menggeram rendah menatap kartu itu tanpa minat. "satu lagi? membesarkan? bahkan anda tak tau sekarang saya kelas berapa....papa" deraga kembali terkekeh, padahal tak ada yang lucu disini.

"ambil uang itu papa tak--

"ambil uang itu, gunakan untuk jalang mu tuan" potong deraga membuat afif berdiri dari duduknya bersiap untuk menampar deraga."mau sebelah mana? kanan atau kiri?"

afif kembali mengepalkan tangannya, berusaha tenang dan kembali duduk di kursi, " lupakan, intinya kamu akan papa jodohkan. dia cantik seperti--

"jalang?"

"CUKUP DERAGA! GUNAKAN SEDIKIT SOPAN SANTUN MU KEPADA AYAHMU!" teriak afif lantang, sudah cukup, kesabaran nya abis."MAU ATAU TIDAK MAU, KAMU TETAP PAPA JODOHKAN!"

"hahaha, tuan? anda sehat?"

plakk

"uh perih" ucap deraga mengejek setelah mendapat tamparan yang cukup keras di pipi kirinya, bahkan  warna pipinya sudah berubah menjadi merah, sudut bibirnya pun mengeluarkan darah.

"anak tak tau di untung! kalau tak ada saya! maka kamu tak akan hadir di dunia!" afif mengepalkan tangannya, keringat membanjiri pelipisnya karna berusaha memendam amarah, tapi semuanya sudah tak terbendung sekarang.

"hidup sendiri 18 tahun, tak ada kasih sayang, tak pernah mengunjungi anaknya, di bilang membesarkan hanya karna memberi uang? anda sehat? gunakan otak mu pak tua, katakan saya tak sopan tapi yang membuat saya seperti ini adalah anda sendiri dan--

DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang