Suami Ke-2

1.7K 74 4
                                    

AUTHOR POV^

.

Delisya, gadis itu menetes kan air matanya. Kakinya mendadak lemas seperti jelly, mungkin jika tak ada deraga di belakangnya, dia di pastikan sudah terjatuh di atas lantai marmer rumah mewahnya. Dia terisak ketika mendengar penjelasan dari kelima lelaki itu, bahkan bundanya pun ilut menangis dalam pelukan suaminya. Pernyataan itu sukses membuat hatinya mencelos, "ja-jadi.. Kakek hiks masih hi-dup?"

"delisya sama bunda tenang dulu ta, nanti kita jelasin lagi" ujar devan menenangkan, delisya terdiam sejenak tapi tak urung menggangguk. Deraga mengangkat tubuh delisya,mendudukan nya di sofa empuk berwarna merah, lalu mengecup singkat pelipis delisya.

"jadi gimana?" tanya bunda saat di pastikan semuanya sudah duduk di sana.

"dari box misterius yang bang devin dapat, disana ada tanggal, awalnya kita mikir itu tanggal di buatnya surat di dalam box itu, tapi rasanya ngga mungkin." devan menghela nafasnya sebentar lalu kembali melanjutkannya. "tanggal itu tepat terjadinya kecelakaan beruntun di jalan sukardana beberapa tahun lalu, kemarin kita sempat minta rekaman cctv di salah satu cafe di jalan itu. Tepat 1 jam sebelum bang devin dapet itu box, ada orang mencurigakan masuk ke dalam salah satu rumah di jalan itu, dia bawa box itu. " devan kembali menghela nafasnya panjang, menatap sekeliling nya sambil tersenyum kecil.

" itu rumah ulbar, bukan rehan" ujar deraga cepat, dan lagi lagi membuat isakan delisya semakin kencang. Devin mengelus pelan lengan delisya untuk menenangkan.

" tapi kita ngga bisa nyimpulin kalau itu ulah ulbar, bukan? " desta mulai bersuara dengan nada sedikit tegas, ini bukan desta yang biasa.

"bisa, jelas jelas orang itu keluar masuk rumah nya!" sarkas devan, mata nya menatap tajam desta. Desta terdiam, bukannya takut tapi apa yang di ucapkan devan ada benarnya juga.

"soal sasya yang-hiks jauhin kak raga, itu karna ada yang ngancem sasya" delisya menununduk saat semua mata terarah padanya, tatapan mengintimidasi. Beberapa dari mereka memang sudah tau perihal ini, tapi tak sejelas ini. "me-mereka bilang ka-kalau kakek masi hidup" lanjutnya

"ulbar lakuin itu? Busuk."  ucap desta

"ul-bar hiks yang pernah datang kesini?" tanya bunda dengan isakannya, memegang tangan suaminya yang bergerak mengelus punggungnya.

.

devan berjalan masuk kedalam rumah itu dengan tergesa, mendobrak pintu besar itu dengan mudah lalu berteriak, "KAKEK !"

sama hal nya dengan beberapa orang di belakangnya, kini mereka mulai berpencar mencari keberadaan seseorang yang mereka cari.

"kakek!" panggil delisya lalu segera berlari ke arah lelaki tua dengan kursi rodanya, memeluk nya erat sambil terisak

perlahan, tangan giano mulai mengelus pundak ringkih delisya, membiarkan cucu nya menangis di pelukannya. "kenapa kakek ngga pulang? semuanya nyariin kakek" tanya delisya sedikit menuntut.

tangan pucat itu mengambil sesuatu di saku baju nya, buku dan pulpen. lalu mulai menulis sesuatu disana, "kakek malu, kakek bisu"

delisya membaca itu, sedikit sesak di dadanya membaca kalimat singkat itu, lalu kembali memeluk kakek dengan erat. "ini rumah ulbar kan kek? di mana dia?" tanya devan membuat kakek kembali menulis.

"iya, sekarang dia pergi"

devan menajamkan matanya, ia bisa menyimpulkan sesuatu dari tulisan itu. ulbar pergi karna takut akan kedatangan mereka.

.

.

"kakek tau? Delisya kangenn banget sama kakek" ujar gadis manis itu dengan senyuman lebarnya, menoleh kesamping terdapat lelaki paruh baya yang ikut tersenyum ke arahnya.

Malam ini, mereka memutuskan untuk mengadakan acara bakar bakar beberapa makanan mentah, seperti jagung, ikan, ayam dan lainnya. Memang terbilang dadakan, tapi bahan bahan nya cukup lengkap tanpa rencana.

giano menatap delisya dengan tatapan sulit di artikan, kedua insan itu tengah bermain ayunan kayu di dekat kolam renang, memang acaranya di adakan di belakang rumah, tentunya dengan adanya kolam renang.

Delisya tersentak, memiringkan kepalanya menatap kakeknya dengan tatapan bingung. "kakek kok makin tampan?" sertak delisya kesal membuat giano terkekeh, ia rindu moment ini, rindu dengan cucu tersayang.

"bang, kita cucu kandung yang di tirikan" devan menyenggol pelan lengan devan dan desta yang tengah sibuk membuat api di bara itu.

"kita? Lu aja kali! Lu kan anak pungut" sarkas desta sadis, berbeda dengan devin, lelaki itu hanya melirik sekilas tanpa memperdulikan ocehan unfaedah itu.

Devan berdecak kencang, membulatkan matanya berusaha menjadi sangar walau gagal, bahkan desta tengah tertawa di dalam hati, tingkah adek keduanya itu minta di gampar.

"assalamualaikum tante bunda" semua orang disana mengubah atensi nya pada beberapa lelaki yang datang dengan wajah tanpa dosanya.

"wa'alaikum salam calon mantu" deraga menoleh dengan cepat, melirik ke arah bunda yang tengah menampilkan senyuman nya pada galang, lelaki itu! Ingat kan deraga untuk mengambil jantungnya.

"deraga bilek, apalah dayaku yang calon mantu tiri" ujar rafiq dengan kekehan kecil nya, lelaki itu segera berlari bersembunyi di belakang tubuh tegap devin, menghindari amukan ketua faxka itu.

"deraga tetap mantu pertama kok, ya ngga ga?" bunda melirik ke arah deraga yang mengangguk kecil sambil tersenyum tipis, siapa yang bisa menolak seorang deraga? Author aja kalau di kasih mah ga nolak. "jangan lupa brownis coklatnya" lanjut bunda sedikit berbisik tapi masih bisa di dengar membuat gio menggelengkan kepalanya, istrinya itu memang sangat terobsesi kepada brownis coklat.

"brownis to sogokan nya" ujar al pada akhmal yang berada di sampingnya.

"bunda mau brownis coklat? Nanti saya belikan se pabriknya, asal...." aksara menatap bunda, sengaja menggantungkan kalimatnya, terlihat dari raut wajah semua orang yang menatapnya bingung. "bunda jadi istri saya, gimana?" lanjutnya membuat gio membulatkan matanya.

" good, ngga dapet anaknya, dapet mak nya" akhmal menepuk pelan bahu lebar aksara sebelum lekaki itu berlari menjauhi kejaran gio.

"DEMI ALEX SAYA NGGAK AKAN MAAFIN KAMU AKSA!"



.

.

.

.

.

Lama ya? Sooryyy hehe.
Vote+comment ya?
Makasi




DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang