AUTHOR POV^
.
"Nikahin lo! Tanggung jawab njir! Adek gue woi, udah lo apain?!!" sarkas devan dengan tatapan tajam nya,menunjuk muka deraga yang tetap tetap datar tanpa ekspresi sedikit pun
"Iya bang, kak raga apa apain delisya tadi" cicit delisya pelan,matanya sembab karna terlalu lama menangis karna insiden lampu yang mati, hidung mungil nya memerah dan pipi tembam nya juga.yang delisya maksud adalah tentang kejailan deraga padanya.
"Lo apain ga?" tanya devin datar, ia senderkan tubuhnya di senderan sofa empuk milik deraga.
Deraga menengok,"dikit." katanya santai, devin mengangguk tenang membuat devan mengelus dadanya sabar.
"gak ada akhlak!"
.
Lelaki itu berjalan memasuki perkarangan rumah nya dengan santai,rumah dengan ribuan kenangan nya bersama orang yang paling ia sayangi. "Malam" sapa nya pada lelaki tua dengan kursi rodanya.
"Malam" jawab lelaki tua itu.
"Maaf sekali kek,aku lupa. Lain kali lagi? Lagipun informasi nya belum cukup jelas?"
"Tak apa masih ada lain waktu, terimakasih sudah membantu saya sampai sekarang"
.....
Gadis mungil itu mengeluarkan isakan kecil nya, mata bulat nya memerah, "jah-hat, permen sasya di ambil hiks bang--devan!!" teriaknya di akhir kalimat.
"Bagi dikit,sasya gak boleh pelit. Oke?" gadis yang di panggil sasya itu mengangguk kecil lantas mengusap pipi tembamnya yang sudah basah di banjiri air mata.
Delisya kini mengubah nama panggilan untuk dirinya sendiri menjadi sasya, berawal dari tokoh di cerita wattpad nya yang bernama sasya, dan menurutnya itu nama yang cantik.
"Kak devin... Permen sasya di ambil hiks" rengek dellisya dengan suara yang lumayan kencang. Membuat seorang lelaki tampan memasuki kamar bernuansa biru ini dengan terburu buru.
"Kenapa?" tanya lelaki itu dengan raut wajah panik ketika melihat wajah delisya yang merah padam bercampur air mata yang turun tanpa izin
"Permen sasya di ambil hiks" Delisya mengusap air Mata nya menggunankan tangan kirinya sedangkan tangan kanan nya ia gunakan untuk menunjuk wajah Devan di hadapan nya.
Devan meneguk ludahnya Susah payah ketika melihat raut wajah Devin yang merah padam Dan tentunya Karna ulahnya."piece bang...hehe" Devan menunjukan dua jarinya berbentuk huruf 'V'.
Devin mendekat ke Arah Delisya yang tengah terisak kecik,"nanti beli lagi ya?" Rujuk nya
"Sekarang?" Devin menghela nafasnya lalu mengangguk pasrah,habis sudah jatah bulanan yang ayahnya beri kemarin."yey!! Beli es krim ya? 5 ya? Ya? Oke? Sasya siap siap dulu! Tunggu ya kak!"
Devin menatap kepergian delisya dengan raut wajah datarnya, lalu pandangan nya teralih ke arah lelaki dengan baju piyama berwarna abu abunya,oiya! Jangan lupakan cengiran menjijikan nya! "Uang bulanan lo gue kurangin." Ujar devin santai lalu pergi meninggalkan devan yang tengah mencak mencak tak jelas.
Bukan nya sulit bagi devin mengurangi jatah bulanan devan juga delisya,karna sang ayah memberikan nya akses khusus untuk itu, ia mempercayakan devin untuk mengatur pengeluaran bulanan adik adiknya, ayah kurang bisa mempercayai desta, lagipun akhir akhir ini desta sedang sibuk dengan skripsi juga perusahaan ayahnya.
Setelah berpamitan kepada kedua orang tua nya, devin menjalankan mobil nya dengan kecepatan sedang.bukan apa apa,suhu di malam hari kurang baik untuk kesehatan tubuh sang adiknya. Jadi dia lebih memilih berkendara menggunakan mobil nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deraga
Teen Fiction"gua deraga, ketua faxka" #1 in adikkelas (5 februari2021) #4 in senior(23 november 2020) #5 in adikkelas(23 november 2020) #6 in ice boys(12 oktober 2020) end: 01.okt 2022