Hospital

1.9K 69 2
                                    



☂☂☂☂☂

Devan berjalan dengan delisya yang berada di gendongan nya, tatapan nya tajam dan itu membuat delisya takut sendiri dengan mata itu, mata tajam yang sangat mirip dengan giano.

Devan membuka pintu mobil nya dengan susah payah,lalu meletakan delisya di kursi penumpang. Kebetulan,hari ini devan menggunakan mobilnya, berbeda dengan devin, ia menggunakan motornya. Omong omong soal devin, tadi setelah bel istirahat berbunyi lelaki itu di panggil kepala sekolah untuk segera keruangan nya,entah untuk apa.

Devan memutar mobil nya,membuka pintu mobil kanan nya, menduduki kursi pengemudi Lalu memakai sealtbeat nya. Devan melirik sekilas ke arah samping lalu menghembuskan nafasnya sejenak, baru setelah itu ia menjalankan mobil nya dengan kecepatan di atas rata rata.

"Kak"panggil delisya pelan tapi tak di gubris sama sekali,"kak devan.."panggilnya lagi,kali ini lebih keras.

"Hm?"

"Maafin sasya"

"Bukan salah kamu"

"Tapi jangan diemin sasya,takut" devan kembali menghembuskan nafasnya,lalu menepikan mobilnya di pinggir jalan.

Devan mengubah pandangan nya kearah delisya yang masih menunduk,mengacak rambut frustasi lalu mengambil tangan delisya dan menggenggamnya. "Maaf,"

Delisya mendongak lalu menggeleng,"no! Ini bukan salah kak devan, sasya yang salah disini"

Devan tersenyum,"bukan salah kamu"

"Iya kak tapi--

"Bukan salah kamu!" potong devan lagi membuat delisya mendengus lalu mengangguk.

"Maafin kak raga ya?"

Devan diam sejenak,lalu mengangguk sekilas, "kakak maafin".

"Gitu donk!"

"Tapi kakak nggak akan biarin deraga ketemu kamu lagi sya"

_________

"Kok gue ngrasa sepi ya enggak ada si setan?" al menatap kosong ke depan nya tak mengindahkan tatapan bingung dari akhmal.

"Hallah! Kalau ketemu kaya kucing sama anjing lo!" ejek akhmal lalu melemparkan bantal kecil yang ia jadikan senderan di sofa, mereka tengah berada di markas, setelah kejadian tadi mereka memutuskan untuk bolos begitu juga dengan deraga, lelaki pergi untuk menenangkan dirinya.

"Tapi dia anjingnya" kata al pelan.

"Eh betewe tapi iya tau, rasanya sepi enggak ada si curut,kan biasanya dia yang bikin berisik" timpal galang tanpa mengalihkan pandangan nya dari game online yang sedang ia mainkan di ponsel berlogo apel di gigit miliknya. Markas ini memang ramai,sangat malah! Tapi rasanya sepi jika tak ada sosok devan yang humoris.

"Eh? Tumben ni markas rame? Dajjal semua isinya! Pada bolos kan lo pada!" tuduh rafiq tak tau diri kepada junior juniornya yang masih asik nongkrong di markas,jika para senior ia akan datang agak malam.

"Lo nya apa kabar bang?" tanya salah satu anak faxka dengan nada sadisnya.

"Alhamdulillah baik" jawab rafiq tanpa akhlak.

"Bang lo tau enggak?" tanya aldi, salah satu junior faxka yang baru menduduki bangku kelas 9 smp, tapi soal kelincahan beladiri? Jangan di tanya lagi.

"Tau" al mengangguk polos membuat aldi berdecak sebal,lelaki itu memang sulit di ajak serius.

DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang