Author pov
.
"Lokasinya disini"dua lelaki itu saling berpandangan satu sama lain, berbeda dengan teman nya yang masih bergulat dengan pikirannya sendiri.
"Apa kita harus minta bantuan anak faxka?" tanya devin, sesekali memengelilingi lokasi sekitarnya dengan penglihatannya.
"Nggak usah" sarkas lelaki itu, dia deraga. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah devin dan devan dengan kedua tangan yang ia masukan di dalam kantong celana jeans hitamnya dengan sedikit robekan di area lutut, sungguh terkesan sangat cool. "Ini masalah pribadi, kalau kita bisa sendiri kenapa enggak?" devan dan devin seketika mengangguk, sepertinya anak kembar itu mulai tetlihat kompak. Hhhaaa.
"Terus, mulai dari mana?" tanya devan, dengan mata yang sama sekali tak lepas mengelilingi luasnya jalan sukardana ini.
"Cctv."
.
"Ada yang bisa saya bantu?" wanita itu menangkup kedua telapak tangannya di depan dada, jangan lupakan senyum an yang selalu terpantri di bibir nya.
"Saya mau minta tolong, saya mau minta rekaman CCTV kemarin malam yang mengarah ke jalan raya sukardana" ujar devan dengan sopan. Ia di tugaskan deraga dan kakak nya di bidang ini, sedangkan kedua lelaki itu tengah berduduk santai di depan cafe ini dengan segelas minuman favorit mereka.
"Mohon maaf kak, kami tidak bisa."
"Kenapa? Soal biaya itu ada kok"
Wanita itu tersenyum sambil menggeleng, menatap lelaki tampan di hadapan nya yang tengah berusaha mengeluarkan kartu debitnya di dompet hitam itu. Devan sungguh memikatnya. "Sebelumnya maaf kak, kami tidak bisa"
Devan berdecak, pasti setelah ini dia akan menjadi rendang karna dua lelaki yang tengah menunggunya di luar cafe. "Bener mbak? Saya minta tolong lho"
"Maaf sekali kak, tidak bisa" devan mengangguk lalu pamit pada pelayan cafe yang bertugas di bidang kasir itu.
Dilihat dari sini,devin dan deraga sedang bergulat dengan pikirannya masing masing, sudah di bilang bukan? Tak ada salah satu dari mereka yang bisa memulai pembicaraan. "Gabisa bang" keluh devan seraya menduduki kursi kosong di sebelah kiri devin.
Devin menoleh, menatap adiknya dengan tatapan datar tapi tetap menusuk. "Kenapa?"
"Katanya pri-va-si" sahutnya sambil mengeja.
Deraga melirik sebentar ke arah depan nya, di mana ada dua orang kakak adik yang tengah bercengkrama ringan, lalu berdiri duduknya tanpa melepas airpods yang berada di kuping kanannya. "Mau kemana lo?" deraga tak menggubris itu, ia tetap berjalan masuk ke cafe tanpa memperdulikan devin dan devan yang mulai mengikuti. Mulai berjalan menuju meja kasir yang sempat devan datangi.
"Tuan? A-ada yang bisa saya ba-bantu?" tanya wanita tadi dengan...gugup?
"Rekaman cctv kemarin jam 9 malam." jawab deraga dingin,bahkan dengan kejamnya, lelaki itu membiarkan pekikan demi pekikan yang terlontar dari mulut para kaum hawa yang berada di sekitar mereka, terlebih lagi cafe ini sedang ramai dengan pengunjung.
'Eh astaga itu bukan nya anak faxka?'
'Itu deraga kan?'
'Ganteng banget,jodoh orang'
'Tobat, dah punya bini mereka!"
"Gue jomblo kok!" sahut devan dengan tak tau dirinya dia berteriak membuat keadaan hening dalam beberapa detik, dan tak lupa tatapan mematikan dari dua lelaki di hadapan nya.Devan menyengir lalu menunjukan dua jari nya berbentuk huruf 'V'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deraga
Teen Fiction"gua deraga, ketua faxka" #1 in adikkelas (5 februari2021) #4 in senior(23 november 2020) #5 in adikkelas(23 november 2020) #6 in ice boys(12 oktober 2020) end: 01.okt 2022