sorry

1.5K 67 1
                                    

AUTHOR POV^

.

"Sya, lo kenapa? Mau ikut kita ke kantin? Muka lo pucet banget!!" kata dara,dengan heboh nya ia menempelkan punggung tangan nya di kening delisya, wajah gadis itu terlihat pucat dan tak ber energi.

Delisya menggeleng lemah dengan berusaha tersenyum manis, seolah berkata 'aku baik'. "Kalian ke kantin aja, sasya mau ke perpustakaan"

"Yakin lo sya? Muka lo pucet banget, ke uks ya?" tanya abel

Delisya menggeleng pelan lalu tersenyum, "enggak papa ih, udah sana,ini aku lupa pake lipbalm makannya pucat"

"Tap--

"Dar, sasya gak papa"

Dara dan abel mengangguk anggukan kepalanya, tapi rasa khawatir masih tersirat di wajah mereka."mau nitip nasi goreng?"

"Enggak, sasya bawa bekal" bohongnya.

"Bener?"

"Iya abell.. Udah sana, keburu istirahat nya habis" delisya mengibas ibaskan tangan nya, membuat abel berdecak pelan lalu meninggalkan kelas mereka bersama dara.

Delisya melihat sekeliling kelas nya. Sepi, satu kata yang bisa mengambarkan suasana di kelas ini ,bahkan dia tak melihat si kutu buku yang biasanya menetap di kelas. Delisya memejamkan matanya sejenak lalu menghembuskan nafasnya pelan, menggubris rasa sakit perutnya juga pening di kepalanya, entah kenapa baru kali ini delisya merasakan seperti ini, mungkin karna efek tamu bulanan nya?

Gadis itu berdiri dari duduknya,lalu berjalan dengan lemas ke arah perpustakaan. "Sya, lo di tungguin tuh di lapangan sama candra" delisya mengerutkan keningnya bingung mendengar apa yang di katakan gadis itu,candra? Siapa lelaki itu.

"Candra?" tanya delisya bingung.

Gadis di hadapan nya mengangguk, "sana gih, udah ramai disana"

Delisya mengangguk sambil menatap gadis yang baru saja mengajak nya bicara itu mulai menghilang dari pandangan nya. Kemudian gadua itu memejamkan kembali matanya sejenak, meredam sakit di kepalanya yang terus berdenyut. Memhembuskan nafas lalu berjalan santai ke arah lapangan,sesuai yang di katakan gadis tadi barusan.

Ramai.

Satu kata yang menggambarkan bagaimana suasana di tengah lapangan.saat kaki jenjang nya menginjak tanah lapangan dengan pelan, melihat sekitar nya yang tengah menatap intens gerakannya, dan itu semakin membuat delisya bingung.

"Sya," delisya terperangah mendengar panggilan itu, di tengah sana ada candra dengan satu bucket bunga yang cukup besar, senyum manis itu terpantri di wajah tampan nya.

Candra adalah salah satu anak kelas 12 bahasa 3, dia cukup terkenal dengan wajah yang manis serta keahlian nya di bidang bola voli, terlihat dari postur tubuhnya yang melunjang tunggi.
"I-iya?"

"today I want to express my feelings for you all this time, I like you from the first...."

"Delisya edgina angelin,will you be my lover?"

Delisya meneguk ludahnya susah payah, melihat kedua tangan mungil nya yang ditarik lalu di genggam secara hangat oleh lelaki di hadapan, nya. Ia bingung untuk menjawab apa, padahal banyak sekali para kaum hawa bahkan adam yang menyoraki nya untuk menjawab 'iya', tapi itu bukan jawaban sesuai hatinya. Hatinya memilih lelaki brandal yang mengklaim nya, dulu.

"Sya?" delisya menggeleng cepat saat namanya kembali terpanggil oleh candra. Jujur,ia tak mau membuat lelaki di hadapan nya ini malu, tapi gimana?

"Sas-sya--

"She's mine!"  delisya mendongak, melihat lelaki tampan dengan rahang yang mengeras, terdengar dengan jelas gigi lelaki itu bergelatuk nyaring seolah sedang menahan emosi, tangan candra juga di tepis oleh lelaki itu membuat tautan tangan mereka terlepas.

Semuanya mendadak hening, tak ada teriakan teriakan yang keluar dari mulut para kaum jomblo yang berkobar. Delisya menundukan kepalanya, meremas baju seragam bawahnta hingga kusut, ia tak berani menatap mata tajam itu. "Jangan bertindak lebih, atau lo bakal tau akibat nya!" deraga mendorong kencang bahu candra hingga oleng, lalu menarik tangan delisya, menjauhkan nya dari kerumunan itu.

"Sial!" umpat candra sambil melempar bucket bunga itu, tangan nya menjambak rambutnya kencang. "PERGI LO SEMUA!" gertak nya tak pandang bulu, bahkan di sana sudah ada bu nonu yang akan membubarkan keramaian ini.

.

Lelaki itu melepas cekalan tangan besar nya dengan sedikit kasar, mengatur nafasnya panjang lalu memalingkan wajahnya ke arah bawah dengan tangan yang menopang di pbatas rofftop."k-kakk..." lelaki itu menghembuskan nafasnya sejenak lalu memutar tubuh nya menghadap gadis yang ia tarik ke sini.

Delisya menunduk dengan dalam tak berani mendongak, hembusan nafas deraga ia rasakan sambil memejamkan matanya sejenak lalu kembali membukanya ketika tangan nya di angkat dengan lembut oleh tangan besar itu. "Sorry"

Delisya mendongak, mengerjabkan matanya polos. Kalau boleh jujur, ia belum mengerti tentang keadaan yang ia rasakan sekarang ini. "Sa-sya ya-yang minta maa-af" katanya terbata bata.

Deraga,ya lelaki itu yang membawa delisya sampai sini. Deraga memejamkan matanya sejenak,melepas genggaman tangan nya lalu beralih memeluk tubuh mungik delisya. "I miss you"

Delisya menahan nafasnya, memejamkan mata bolanya membuat air matanya menetes tanpa izin."miss you too"

Delisya memejamkan matanya merasakan pening di kepalanya yang semakin menjadi, pelukan nya pun perlahan mengendur, pandangan nya pun mulai memburam.

BRUKK-

FLASHBACK ON

"Saga gue bawa kok" devan melotot tajam ke arah abang keduanya, bisa bisanya ia mengancamnya dengan mudah dan itu berhasil.

Saga adalah salah satu pisau tajam koleksi devin, mungkin kalian baru mengetahui sekarang tentang kebiasaan keluarga edgian. Dengan desta yang selalu mengoleksi parfum parfum mahal,devan dengan berbagai jam tangan mewahnya, delisya dengan berbagai macam coklat nya dan devin dengan pisau tajam nya.

Devin memang tak memakai pisau itu untuk kekerasan,tentu dia bukan seorang psycopat yang dengan mudah membunuh manusia tanpa hati. Dia lelaki normal yang menyukai pisau, bahkan benda benda lainnya yang bisa di bilang...kriminal? Di ruang pribadinya,ia menyimpan berbagai macam benda,mulai dari pisau,pedang, pistol dan lain nya. Ingat! Hanya mengoleksi!tapi itu mampu membuat devan bergidik ngeri.

Devan berdehem pelan sambil menetralkan ekspresinya, menaikan kaki kanan nya, bertumpu pada paha kaki kirinya lalu menatap dua lelaki datar di hadapan nya.

"Sorry"

"Maaf"

Devan meneguk ludahnya susah payah, "anjrit kaya eptipi, ngomongnya barengan!" pekiknya kencang,untung saja kondisi di markas sedang ramai jadi tidak terlalu memekak.

Deraga memutar bola matanya malas, ia tau ia yang salah disini dan bagaimanapun ia harus meminta maaf. "bacot" cibir devin pedas

Devin sudah mengetahui semuanya, tentang devan yang tiba tiba bersikap dingin kepada deraga, dan tentang peristiwa dikantin tempo lalu, jujur devin juga geram dengan ke alay-an devan yang belagak memusuhi deraga, padahal sama sekali noob."sekarang urusan delisya"

Deraga menegakkan tubuhnya,menatap devin dengan ekspresi bingung walau masih terkesan datar. "Tentang hubungan kalian"

"Kita cari biang nya!"

FLASHBACK OFF

.

.

.

.

Dah lama gak up,
Sibuk scrool tiktok soalnya, hehe.

See you

DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang