author pov
marcel memasuki kamar bernuansa putih itu dengan terburu, memeluk seseorang dengan erat seakan tak ingin ia lepas, isakan nya mulai terdengar, dengan cepat ia usap wajahnya kasar.
dia melepaskan pelukan itu, menangkup wajah gadis di depannya yang masih mencerna kejadian ini. " kamu cinta kakak kan? kenapa kamu menerima perjodohan itu hm?" tanyanya walau tersirat sedikit emosi disana.
mishella tersentak, menatap wajah sang kakak lalu tersenyum sambil menggeleng, "karna mishel tau ini salah kak, kita kakak adik ngga bisa bersama kak, sampai kapan pun"
marcel menekan bahu adiknya, membuat mishel meringis "ngga ada yang ngga bisa, kamu percaya kakak, tolak perjodohan itu!" gertaknya
mishel terisak pelan, "mishel ngga bisa---
"mishel! sejak kapan kamu pembangkang hah?! turuti apa kata kakak!" melihat mishel mengangguk, marcel menarik tengkuk adiknya mencium bibir itu dengan sedikit lumatan, menyecapnya perlahan membuat mishel mengeluh pelan sambil menjambak pelan rambut marcel, menyalurkan kenikmatannya.
_______
"halo cel"
"hm?" marcel berdehem, menaruh ponsel itu di telinga nya dengan mata yang terus memuja ke arah mishella yang tengah tiduran di bawahnya, menjadikan pahamya sebagai bantalan.
"alex meninggal, di kroyok tunas bangsa"
Marcel berdesis menahan emosinya, "jangan balas dulu,gua kesana sebentar lagi. bawa beberapa anak buat ke permakaman nya, kasih ibunya uang yang gua transfer nanti"
"oke cel"
pip.
marcel melempar benda pipih itu dengan santai, mencoba bangun dari duduknya perlahan tak mau membangun kan pujaan hatinya, mengangkat tubuh mishella ke gendongannya lalu menidurkannya perlahan di atas kasur tak lupa mengecup lembut dahi gadis itu. " kakak tinggal ya sebentar" bisiknya membuat mishel sedikit terganggu dari tidurnya.
marcel keluar dari kamar adiknya, berjalan ke arah kamar sebelah, kamar ayah nya. berapa hari lalu kartu debitnya di sita ayah nya alhasil dia harus mengambil nya diam diam.
marcel memasuki kamar itu, sepi.
karna orang tua nya tengah pergi karna acara bisnis ayahnya di luar kota, perlahan marcel membuka laci nakas itu.
tersenyum merekah ketika mendapat kan yang ia cari, tapi tunggu! matanya menangkap dua buku yang kini berada di samping kartu debitnya.
tangannya mengambil buku itu, buku nikah?
marcel membukanya, itu buku nikah orang tua nya.
2. februari 2005
2 tahun setelah tanggal lahirnya.
____________________
ayah mendongak, menatap anak pertamanya yang tengah menatap nya nyalang, marcel melempar buku nikah itu kedepan meja yang ayah dan ibu nya duduki.
"maksudnya apa? ayah menikah sama ibu setelah aku lahir?" tanyanya sarkas, membuat ayahnya sedikit mematung, salahnya karna tak menaruh buku itu baik baik, bisa kapan saja marcel menemukannya.
ibu bangkit dari duduknya, mengelus pundak anaknya tapi di tepis kasar, "jelasin Bu!"
ayah marcel menarik nafasnya dalam, lalu mengangguk dengan berat hati " duduklah"
marcel mendudukan dirinya di salah satu kursi itu, "kamu bukan anak kandung ibu mu, ibu kandung mu sudah meninggal 1 tahun setelah kamu lahir"
marcel mengusap wajahnya kasar, "mishella?"
"kalian bukan saudara kandung"
brakk
marcel bangkit dari duduknya, menendang keras meja kaca yang ada di hadapannya sampai tak terbentuk kembali, kesal dengan kenyataan yang ada.
"terus kenapa ayah sama ibu larang aku suka sama mishella!"
"tetap saja, menurut ayah kalian saudara kandung!".
"ngga ! kita ngga sedarah! ngga ada lagi alasan ayah sama ibu nentang aku sama mishella!"
marcel berlari keluar, meninggalkan ibunya yang menangis di pelukan ayahnya."yah, biarkan mereka bahagia" ucap ibunya lirih.
.
.
.
.
.
.
.
.
yhahaha pendek maaapkeun
KAMU SEDANG MEMBACA
Deraga
Teen Fiction"gua deraga, ketua faxka" #1 in adikkelas (5 februari2021) #4 in senior(23 november 2020) #5 in adikkelas(23 november 2020) #6 in ice boys(12 oktober 2020) end: 01.okt 2022