kotak hitam

1.5K 75 6
                                    

AUTHOR POV^

.

"Anjrot,goblok,pabo!" pekik rafiq saat cairan alkohol itu menyentuh permukaan kulit wajahnya yang lebam akibat insiden di markas aldesh tadi. Setelah adu mulut deraga dengan rania, tak lama terjadi perang baku hantam antara aldeshsiro dan faxka, bahkan sekarang ada beberapa anak faxka dan aldesh yang tengah mengurus diri di kantor polisi, mereka semua tidak di tahan, karna mungkin polisinya pun sudah tak asing dengan wajah mereka yang selalu muncul di kantor polisi tiap bulan. Tawuran mereka berhenti karna suara sirine polisi yang datang di waktu yang kurang tepat.

"Kurang lengkap fiq" sindir akhmal membuat rafiq menyengir bodoh.

"Muka dedek bonyok ya allah" al mengusap pelan lebam wajahnya yang terlihat dari pantulan cermin yang ia pegang, sama sekali tak mengurangi kadar ketampanannya.

"Gue masih bingung, bukannya rania tu suka sama di deraga?" tanya devan bingung. Setelah mendapat kabar dari salah satu anak faxka tadi, ia langsung meluncur ke markas faxka hanya untuk melihat luka lebam teman teman nya, laknat memang.

"Bisa aja itu akal akalan rania buat balas dendam sama deraga, padahal itu bukan salah deraga bukan?"

"Iya sih, jadi berarti rania yang nyulik kakek gue?" tanya devan lagi masih dengan raut wajah bingung. "Terus kenapa rania balas dendamnya sama delisya? Kenapa nggak ke lo? Argghh!! Gue bingung anjir! Ini hidup kaya indosiar bego!"

"Auah mending gue liat mbak dewi persik dari pada ngurus hidup kalian" al bangkit dari duduknya berjalan menjauh dati ruang utama markas faxka.

"Kemarin dia pensiun jadi fanboy, terus sekarang malah masuk ke dunia dangdut gitu?" tanya galang pada dirinya sendiri.

"Besok kita telusurin lagi" sahut deraga dari pojok sana, lelaki itu dengan santai nya mendengarkan lagu dengan sebelah airpodsnya, tanpa memperdulikan para teman teman nya yang sibuk mengobati wajah hancur mereka.

.

"Pasti ngana bangka dadang kong bajang ti jamping ANJING! ANJING ANJING BANGAAA!! ANJING--

"GOBLOK MUNCRAT!" gertak akhmal tak selow kepada lelaki di hadapan nya yang tengah asik berjoget ria di hadapan kamera ponselnya. Akhmal mengusap wajahnya yang terkena cipratan air liur galang.

"Maap bund" sahut galang dengan cengiran bodohnya.

"Lirik lu salah dongo!" ucap devan meninggikan suaranya dari pojok sana, lelaki itu tengah bermain game bersama beberapa anak faxka.

"Yang bener gimana?"

"Makanya lu les tiktok sama gurunya, bukan sama si ara!"

"Anjim aku nggak tau apa apa om" jawab aksara dengan polos membuat tangan devan bergerak memukul kepalanya. "Adaw!"

"Alayy lu ra!"

"Nama gue aksa pabo ih!" sertak aksara dengan tegas. Orang tuanya susah payah memberinya nama, tapi teman dajjalnya malah menggantinya dengan mudah.

"Suruh siapa nama lo aksara? Kan bisa di panggil ara!" sahut rafiq di pojok sana, lelaki tampan itu tengah menonton acara gosip di layar televisi itu.

"Bang"

"Naon?" akhmal mengubah atensi nya kepada juniornya yang datang dengan kotak hitam sedang di tangan nya.

"Nih" kata nya sambil menyerahkan kotak itu kepada akhmal membuat kening akhmal berkerut pertanda bingung

"Dor pres ni?"

Arya berdecak, "endorse!ya bukan lah! Tadi ada yang ngasih ini bang, katanya buat si bos"

Akhmal mengangguk anggukan kepalanya mengerti, lalu mengangkat tangan kirinya, mengibas ibaskan nya ke udara mengusir arya.Membuat lelaki itu kembali berdecak,lalu pergi meninggalkan akhmal yang menyengir dengan kotak hitam persegi itu.

"Paan noh?"tanya galang tak santai

"Mobil! Menurut lo?"

"Tai?"

"Goblok!" akhmal menendang pelan lengan galang yang berada di bawahnya, karna posisi lelaki itu memang sedang terduduk di bawah karpet bulu berwarna pink milik aksara.

Akhmal berjalan ke arah pojok ruangan utama markas faxka, tak menghiraukan pertanyaan demi pertanyaan yang di lontarkan teman teman nya. "Bos!"

Lelaki yang sedang sibuk dengan ponselnya itu terperangah, menaikan sebelah alisnya pertanda bertanya. "Ada paket" akhmal menaruh kotak hitam itu di atas meja, tepat di hadapan deraga.

"Dari?"

"Mana saya tau, saya kan--

"Pergi!" akhmal memutar bola matanya malas, lalu pergi berlalu meninggalkan deraga sendirian.

Setelah memastikan akhmal pergi, deraga mengambil kotak itu lalu membukanya perlahan. Keningnya kembali berkerut saat melihat isi dari kotak itu. Sebuah baju putih polos dengan banyaknya bercakan darah di sana. Deraga mengambil itu tanpa rasa jijik atau takut sama sekali, menaruhnya di meja lalu membuka isi surat yang di sisip kan di kotak itu.

'Help me'



Delisya memfokuskan dirinya ke layar monitor ipad nya, bermain game yang sedang naik daun akhir akhir ini. "Ish kalah!" desisnya sambil menendang pelan kasur yang sedang ia duduki.

"Kenapa belum tidur hm?" delisya mendongak, melihat seorang lelaki tampan yang entah kapan sudah berada di depannya.

Gadis itu meletakkan benda pipih itu, menekuk kedua kaki jenjangnya seperti sedang menghindar, memeluk guling yang berada di dekatnya, lalu memalingkan wajahnya. "Kenapa?" tanya lelaki itu halus, berusaha mendekat dan itu semakin membuat deliaya kualahan untuk menjauh.

"Jangan deket deket!" sertak delisya sambil memenyunkan bibirnya gemas.

Lelaki itu terkekeh pelan, lalu tanganya menarik kedua kaki delisya untuk mendekat membuat jarak mereka terkikis. "Aku udah tau semuanya"

Delisya mengerjabkan matanya polos, berusaha mencerna Ucapan lelaki di hadapannya. "Mak-maksudnya?"

Deraga tersenyum hangat, mengusap surai hitam rambut panjang delisya. "Lain kali jangan mendam sendiri, cerita sama aku" delisya terhanyut dalam ucapan lembut itu, dengan tak sadar ia mengangguk polos membuat deraga terkekeh lalu mengecup lama kening delisya. "I miss you" deraga melepas kecupan nya, eralih memeluk tubuh ringkih delisya yang sedikit berisi. "Kamu gemukan" katanya lalu tertawa membuat delisya kembali mengerucutkan bibirnya.

"Ish!" desis nya lalu memukul tubuh deraga menggunakan guling yang semula ia peluk. "Jadi kak raga tau?"

Deraga mengangguk tanpa memudarkan senyuman nya."AAAaaa!! Sasya kangennn!! Huwaaa!!!" teriak nya kencang dan itu kembali membuat deraga tertawa renyah. Jujur, ini moment yang ia rindu rindukan selama ini.

Delisya mendekat kan dirinya ke tubuh deraga, merangkak naik ke tempat ternyaman yang ia rindukan selama ini, kembali memeluk deraga  mencium bau mint khas seorang ketua faxka.
"Sasya kangennn.." rengeknya di atas pangkuan deraga.

Deraga menunduk, mengelus punggung delisya yang tertutup baju piyama berlengan pendek yang sedang di pakai gadisnya. "Jadi kita masih pacaran?"

.

.

.

.

.

.

See you next part..
Vote+comment nya jangan lupa
Tandai typo!

DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang