Kacau

1.6K 61 0
                                    

AUTHOR POV^

.

"Ka devan sepatu sneakers sasya mana?"

"Rambutnya di ikat enggak ya kak?apa di gerai aja?tapi nanti gerah donk"

"Buku buku udah di masukin kan kak?"

"Kak? Ihh!!"

"Kak devann!!"

Devan meraup wajahnya frustasi, ia merasa menjadi ayah sebelum waktunya, lima hari ini ia yang mengurusi semua keperluan delisya, mulai dari pakaian, makanan, sampai menyiapkan keperluan sekolah delisya yang biasanya di siapkan bunda nya dan pelayan rumah tangga, jika di tanya di mana pelayan yang biasa mengurus delisya itu? Jawaban nya, baru kemarin mbak nunik dan mbak juju pulang kampung,dan itu yang membuat devan kalang kabut sendiri, apalagi menurut perkiraan, bunda dan ayah akan pulang dua hari lagi, berbeda dengan devin dan desta, mereka akan pulang ketika ayah sudah menyusulnya ke jerman.

Devan berjalan mendekat ke arah delisya,lalu menaruh sepatu sneakers putih milik delisya yang ia ambil dari bawah kolong kasur,lalu meletakan nya di samping kaki delisya.

Devan menahan tangan delisya yang mulai mengambil sepatu itu,"kamu sisiran aja,biar kakak yang pasang, enggak usah di iket gerai aja ya?" delisya mengangguk, mengambil sisir yang berada tak jauh dari tempatnya duduk, karna posisinya sekarang tengah duduk di kursi rias.

Devan berjongkok di bawah delisya,mulai memakaikan sepatu delisya dan mengikatnya kencang agar gadis itu tak jatuh.

"Siap!" kata devan semangat sambil menepuk nepukan tangannya pelan, melihat penampilan delisya yang sangat memikat perhatian."Gila, lama lama gue mirip ivan gunawan kalau gini, perpek benet dandanan gue!" katanya dengan semangat yang berkobar.

"Kak?"panggil delisya sambil mendongak, sudah berapa menit ia melihat devan yang senyum senyum sendiri sambil memperhatikan nya?

"Hah?"pekik devan

"Jadi sekolah enggak sih?!"

Devan mengangguk lalu melirik jam tangan hitam yang melingkari lengan tangan nya,

06.48 WIB.

"ASTATANG! TELAT SYA!"


.

Delisya berjalan santai sambil bersenandung ria sesekali tersenyum ketika berpapasan dengan guru guru yang ia temui di sekitar koridor sekolah, akibat terlambat tadi pagi, delisya harus mengambil buku paket biologi lama yang berada di gudang untuk pembelajaran teman teman nya, berhubung delisya hanya telat sepuluh menit, jadi hukuman nya tak terlalu berat. Soal devan? Ia tak tau kemana lelaki itu.

Delisya terdiam sejenak ketika mendengar jatuh nya benda berat dengan jelas di dalam gudang itu, menelan ludahnya kasar, lagi lagi ia mengingat tentang perlakuan kasar rania padanya, tempo lalu. "Sasya harus berani!" semangatnya pada diri sendiri. "Nanti kalau ada yang jahatin sasya, sasya gebuk pake yasin" katanya lagi sambil melihat ponsel putih yang ia genggam.

Delisya menghembuskan nafasnya sejenak, melihat sekitar nya yang sepi karna faktor jam kegiatan belajar mengajar yang sudah berlangsung, berjalan mendekat ke gudang itu lalu membuka kenop pintunya perlahan.

Sretttt....

"Kak ulbar?!" pekik delisya saat tau siapa orang di balik suara gaduh itu, delisya berlari mendekat ke arah ulbar yang tengah memainkan belati dan pecahan kaca itu dengan tatapan kosong. Jika di lihat,lelaki itu sangat menyeramkan, di tambah banyaknya luka goresan di bagian lengan serta darah segar yang berada di ujung belati tajam itu."kak? Ngapain?" tanya delisya panik tapi sama sekali tak di hiraukan.

DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang