kidnapped

9.1K 306 6
                                    

Jangan remehkan orang lain, jika dirimu
Sendiri masih bisa di tertawakan


.°•°.....°•°.


.

"Kak Devin bener mau pergi? Nanti ngga ada yang ajak lisya main lego" rajuk lisya kepada kakak nya, sambil menarik narik kemeja yang lelaki itu kenakan.

" cuma sebentar, kasihan nenek sakit sendirian lagi di jogja" sahut Devin menenangkan sang adik, padahal dia hanya pergi sekitar satu minggu? Tak lebih, dan tak melupakan oleh oleh berupa satu koper coklat untuk adik tersayang nya.

"Kenapa enggak kak desta aja? Atau kak devan?" Devin mengulas senyum nya,inilah sifat Devin pada adiknya,cukup hangat.berbeda dengan orang lain.

"Kak desta sibuk sama kuliahnya, kalau devan? Kamu mau nenek stress gara gara diajak petak umpet lagi ? " lisya terkekeh pelan, membuat Devin ikut tersenyum, tipis.

"Uhmm, tapi janji cuma satu minggu ya? ngga lebih ya? Nanti pulang jangan lupa bawa coklat yang banyak ya? Ya? Lisya tungguin lhoo!!" Devin mengangguk, mengusap pelan puncak kepala adik nya lalu mengecupnya rambut nya.

"Jaga diri baik baik,nanti pulang nya jangan naik taksi!"

"Terus?"

"Ada teman kak Devin yang jemput kamu"

"Kak devan sama kak desta mana?"

"Mereka sibuk, sayang.."

"Ayah?bunda?"

"Kamu mau ganggu ayah sama bunda berduaan?" lisya kembali terkekeh, walau sikap kakak kedua nya ini terkadang dingin, tapi lisya merasa hangat jika ada di dekat nya, entah kenapa

"Kakak hati hati di kereta jangan godain mas masinis nya"

"Iyaa lisyaaa.." Devin kembali mengecup puncak kepala lisya, lalu menyeret koper hitam yang sebagian hanya berisi obat obatan yang lisya bawakan untuk nya, padahal sama sekali tak di butuhkan nya.

Devin menatap adik nya yang tengah tersenyum seraya melambaikan tangan pada nya, gadis cantik dengan kulit putih bersih, persis seperti bundanya.

Tadi,ayah dan bunda nya ingin mengantar nya sampai jogja tapi di tolak mentah mentah oleh Devin, bahkan kakak juga adik pertamanya pun turut memaksanya tapi Devin ya tetap Devin, dia hanya meminta delisya mengantarkan nya sampai stasiun dan tak boleh ada yang menjemputnya pulang, entah apa tujuan dia.

Delisya berjalan keluar stasiun, menunggu seseorang yang di tugaskan kakak nya untuk menjemputnya, sialnya dia lupa menanya siapa nama teman kakak nya itu!

"Delisya."panggil seseorang membuat lisya menengok,tidak! Bukan, dia mendongak karna tinggi tubuh nya tak setara dengan lelaki di hadapan nya.

"Iya? Kaa...?"

"Deraga." jawab lelaki itu santai, ia memasukan kedua tangannya di celana levis hitam nya

"Kakak teman kakak aku? Kak devin? Atau pedofil yang mau culik aku?" mau nanya, emang ada penculik seganteng ini? kalau ada mah author juga rela

Raga mengeryit,baru kali ini dia di katakan seorang penjahat. Memang,saat ini dia menggunakan celana jeans juga kaos oblong yang memang keduanya berwarna hitam lekat, tapi? Apa tampang nya mengalahkan itu semua?

"Gue temen Devin."

delisya menelisik mata tajam itu, "boong-- SANTE MAS YA ALLAH" delisya berdecak pelan, belum selesai berucap tapi tangannya sudah di tarik paksa oleh lelaki ini.

DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang