family conflict

2.3K 118 3
                                    

AUTHOR POV^

.

delisya melempar pelan tas kecil yang barusan ia pakai, merebahkan tubuhnya di kasur queen size milik nya sambil memejamkan matanya sejenak.

duk

mata yang semula terpejam kini terbuka kembali ketika telinga nya mendengar suara benda jatuh, dia bangkit dari tidurnya lalu berjalan ke arah suara benda itu, entah kenapa feeling nya mengatakan suara itu berasal dari balkon kamarnya.

tangan kanan nya membuka kaca balkon, sedikit terkejut mendapati kotak hitam berada di depan mata nya.

"apa ini?" ucap nya sambil berusaha membuka isi nya.

"AAAAA"

delisya melempar kotak itu secara spontan setelah melihat isi nya, meringsut kan tubuhnya ke pojok ruangan masih dalam keadaan terkejut.

tangan nya memukul kencang dada nya yang sesak, tak lama pandangannya memudar dan gelap.

___________

Devan mengepalkan tangan nya kuat kuat menahan amarah, siapa yang berani membuat adiknya seperti ini? Devan sakit melihat delisya seperti ini,dia takut delisya nya kembali menjadi sosok yang tertutup,seperti dulu

"Kak raga" devan mendengar itu, lirihan kata delisya dengan mata yang sibuk terpejam.

Tadi dia ingin mengantarkan makan malam untuk delisya, walau sudah cukup larut tapi delisya tak boleh melupakan makan nya, jangan lupakan sayur yang menghiasi piring itu. Tapi, saat memasuki ruangan pribadi delisya dia hanya mendapatkan delisya yang pingsan di pojok kamar dan kotak yang berisikan foto delisya yang penuh darah dan bangkai tikus mati yang masih fresh, baru di bunuh.

"Panggil deraga" titah desta pada devan, desta sama hal nya dengan mereka, marah tapi mereka harus mengontrol nya

Gio? Dia terlalu sakit melihat ini semua, dia sedang menenangkan istri nya di kamar, bukan nya lebih mementingkan istrinya di banding anak, gio hanya tak ingin membuat delisya tambah sakit ketika melihat keadaan bunda nya yang selalu menangis tanpa henti.

Bukan nya lebay atau bagaimana,dikeluarga besar edgian hanya keluarga kecil gio lah yang mendapat turunan wanita,dan itu delisya. Hingga seluruh keluarga besar edgian sangat memperhatikan delisya, secara tidak langsung mereka mendidik delisya menjadi manja. Mereka sadar itu, tapi membiarkan nya. Mereka terlalu sayang kepada putri kecil ini, delisya ceria yang selalu tersenyum ramah. Pasti seru jika di bayangkan seluruh keluarga edgian berkumpul menjadi satu.

Devan meraba saku piyama berwarna hitam nya, jika menjelang malam biasanya ia akan menggunakan piyama yang bermotif sama dengan delisya bahkan tak jarang desta mengikutinya, tapi tak untuk devin. Devan mengambil benda pipih yang selalu ia bawa kemana mana,mengetik nama 'calon ipar' di layar monitor nya.

"Hallo!" seru devan ketika panggilan nya mulai tersambung.

"Apa?"

"Ada yang nerror delisya, sekarang lo kesini ja--

Pip!

"Anjing!" umpat devan dalam hati ketika panggilan nya di putus sepihak dari lawan bicara nya. Kesal? yalah pake di tanya

.

"sudah, itu pasti hanya orang iseng" delisya mengangguk anggukan kepalanya mengerti, menghapus air mata nya yang keluar tanpa izin dari mata indah nya yang mulai sembab.

"Delisya enggak takut kok, delisya cuma kaget, cius! Delisya cuma kage Enggak takut!" deraga terkekeh, gadis ini sangat mudah di labui.

"ini terakhir kalinya" deraga tersenyum licik

DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang