AUTHOR POV^
.
"Turunin kakk!!!turunn!!!" Delisya terus memukuli punggung lelaki itu, dari bau parfum nya saja delisya sudah bisa menebak lelaki yang tengah menggendongnya sekarang.
Setelah sampai di UKS, deraga menurunkan delisya, mendudukan nya di brankar UKS. Delisya menunduk, membiarkan deraga yang mulai menjauh darinya, entah mengapa.
Terdengar suara decitan benda berat tepat di depannya ,tapi itu tak membuat delisya mendongak, "jangan nunduk." Delisya meneguk salivanya sudah payah, dan dengan ragu ia menagngkat kepalanya, menatap mata tajam yang tengah melihatnya seperti mengimintidasi.
Deraga menghela nafasnya, membuka kotak P3k yang sempat ia ambil, lalu menuangkan cairan alkohol di permukaan kapas yang ia pegang, lalu pandangan nya teralih pada lengan tangan delisya yang di penuhi bercakan darah. bayangkan saja, gelas kaca di lemparkan hingga pecah! Bagaimana rasanya? Mantap.
"Sakit?" Delisya mengangguk pelan saat kapas itu mulai menggesek pelan area lukanya.
"Kenapa bisa begini?" Delisya kembali menunduk, tak berani menatap mata itu, mata tajam yang sangat menusuk.
"Maaf" cicitnya pelan.
"Kenapa?" Tanya deraga mengulangi, nada nya sedikit melembut dari sebelum nya.
"Dia yang duluan ngatain aku jalang"
"Kamu bukan jalangkan? Kenapa marah?"
"Karna sasya gak suka"
"Lain kali...jangan."
"Iya"
Tak ada lagi obrolan setelah itu, delisya yang tengah asik bernuansa pada pikiran nya, begitu juga dengan deraga yang dengan teliti mengobati luka delisya.
Just info, delisya hanya phobia pada darah orang lain, juga banyak ya.
Setelah di rasa selesai, deraga membereskan peralatan itu, kembali ia masukan kedalam kotak berwarna putih itu lalu menatap delisya datar, melipat kedua tangan nya di dada.
"Kenapa ngejauh?""Eeh..eng-enggak kok! Sas-ya enggak ngeja-jauh!" Deraga tersenyum miring mendengar nada bicara delisya yang terlihat takut juga gugup, ia tau delisya berbohong.
"Kenapa?"
"Enggak ada apa apa!"
Deraga mendorong kursi yang ia duduki, memberi cela untuk ia keluar dari situ, matanya tak pernah lepas pandang dari tubuh mungil di depan nya. "Pakai, lepas seragammu!" Deraga memberikan hoody putih miliknya kepada delisya, lalu menyondongkan tubuhnya membuat delisya sedikit memundurkan diri."akan ku ikuti permainanmu, sayang."
.
"Sasya enggak papa kan? Mana yang sakit? Bilang abang? Tenang, si kutu udah di basmi kok!" Devan meneliti setiap inci tubuh delisya, tapi tak ada yang luka?
Delisya mengerti apa yang di cari kakak nya itu, ia menarik pelan lengan hoody kebesaran milik deraga, menampilkan banyak goresan juga plester di sana. "Astagfirullah, kerumah sakit aja atuh eiy!" Devan menarik tangan delisya tapi pergelangan tangan kirinya di cekal devin yang berada di sampingnya.
"Lebay!" Devan memutar bola matanya malas, mendengar pertuturan pedas devin.
"Udah di obatin kok!"
"Terus ini hoody siapa? Seragam kamu mana? Benerkan kamu udah di obatin? Gak mau kedokter?" Tanya devan bertele tele.
"Seragam sasya ada di tas, abang!"
Hoody besar milik deraga memang tak sebanding dengan tubuh mungilnya. bayangkan saja, hoody deraga berhasil menutupi rok seragam delisya.tinggi delisya hanya 156 CM, sedangkan deraga? Tingginya mencapai 187 CM!
KAMU SEDANG MEMBACA
Deraga
Teen Fiction"gua deraga, ketua faxka" #1 in adikkelas (5 februari2021) #4 in senior(23 november 2020) #5 in adikkelas(23 november 2020) #6 in ice boys(12 oktober 2020) end: 01.okt 2022