Princess Devan

1.6K 78 6
                                    

Author pov

"nggak guna! Buang buang waktu!" lelaki paruh baya itu menatap tajam anak semata wayangnya.

"lalu apa yang berguna menurut anda?" balas sang anak, lelaki tampan itu berusaha meredam emosinya."uang?padahal baru kemarin anda meminta maaf" tanyanya lagi, membuat ayahnya bungkam, ralat apa lelaki seperti masih bisa di sebut ayah?

"ayah ha--

" ayah? " lelaki tampan itu terkekeh pelan, menatap mata lelaki yang sebih tua darinya dengan tatapan.. Rindu?
" apa anda masih bisa di sebut dengan seorang ayah? "

" deraga! Jaga ucapan mu!" bentak lelaki tua itu, tapi sama sekali tak di hiraukan.

Lelaki yang di sebut deraga itu berdiri dari duduknya, "cepat katakan apa mau mu pak tua? Mungkin ini yang harusnya di sebut dengan buang buang waktu?  Bukan tentang tim basket saya bukan?"

"apa yang di banggakan dari tim basket mu? Lebih baik kamu meneruskan perusahaan ayah, lebih bermutu"

"alaska's group, perusahaan yang sudah berdiri maybe sekitar 3 tahun lebih. Cukup terkenal, saya tidak yakin kalau anda tidak mengetahuinya" deraga berbicara dengan santai, lelaki itu sangat pintar memainkan raut wajahnya. Bahkan sekarang dia tengah tertawa dalam hati saat melihat mimik wajah lelaki tua di hadapannya. Memang, selama ini ia dan paman nya menyembunyikan ini semua, tak ada maksud tertentu sebenarnya, hanya ingin bermain katanya.

"sialan" umpat lelaki tua itu dalam hati, ia mengutuk dirinya sendiri yang sangat bodoh. Bagaimana bisa ia tak mengetahui bahwa pemilik perusahan terkenal itu adalah anaknya sendiri? Sangat bodoh.

"jadi bagaimana?" tanya deraga lagi, tapi lelaki di hadapan nya sama sekali tak berkutik. Mungkin kata katanya sudah habis?
Deraga melirik jam tangan yang berwarna silver di tangannya, tersenyum miring lalu menatap ayahnya. "10 menit, cukup lama. Saya permisi, banyak hal yang lebih penting dari ini" kaki nya berjalan menjauhi mansion milik keluarga nya, dulu?
Berusaha menulikan pendengaran ya, lelaki itu tersenyum tipis, sangat tipis bahkan hampir tak terlihat. Ia menang dalam perdebatan kali ini.

"tidak berguna"

.

"ini dia, princes kita malam ini....! Bangg devan!!" kata gadis manis yang biasa di panggil sasya itu tersenyum lebar, kedua tangannya menunjuk pada tangga mansion milik orang tuanya yang menghubungkan lantai satu dan dua, sebenarnya di dalam mansion ini terdapat 4 lantai dengan rofftop tentunya, bahkan ada lift untuk mempermudah mereka melakukan aktifitas di dalam mansion. Sultan ceritanya.

Lelaki dengan gaun peri berwarna biru muda itu berjalan menuruni tangga, sesekali bergaya, memainkan tongkat peri yang ia bawa, bahkan tak jarang ia memutar mutar tubuhnya.

Gelak tawa mulai terdengar, bahkan lelaki yang berada di sudut sana sudah menampilkan senyuman nya.

"perkenalkan saya peri kejayaan kemakmuran kesuksean, kalian bisa panggil saya 3K! Saya datang dari kuyang-an. Salam kenal" devan membungkuk kan sedikit badannya, lelaki itu tampak cantik dengan gaun biru itu,ah! Jangan lupakan sayap palsu yang ia gunakan di bagian punggung.

"CAPE YA? SAMA KOK AKU JUGA" ucap seseorang tiba tiba, dan cukup manaikan darah devan.

"bangsat! Lu ngapain di sini bego!" sarkas devan sesekali memainkan tangannya pada 3 lelaki yang baru saja menginjakan kaki di rumah nya. Siapa lagi kalau bukan aksara, galang, dan al?

"aku? Disini? Emm.. Mau makan?" jawab aksara sedikit plin plan, membuat tatapan tajam devan teralih padanya. "by the way, lu cantik banget hari ini van" lanjutnya

"contoh anak anjing" gumamnya pelan menahan marah, ketika melihat semua orang disini tertawa dan tentu tanpa kakaknya, devin.

Jika kalian menanyakan keberadaan desta dan sang ayah, mereka tengah berada di kantornya.60 menit yang lalu tepatnya, ayah mendapat telfon yang mengharuskan mereka berdua pergi kesana.

Wanita paruh baya yang berada di sudut kursi itu terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak dan temannya itu. "haduhh, uda udah! Kalian mau makan kan? Udah bunda siapkan di meja makan, ambil aja sepuasnya ya. Bunda mau ke kantor ayah, tadi ayah telfon bunda suruh kesana. Delisya, jangan lupa makan ya? Dan devan devin! Jaga ade nya" ujar wanita itu membuat devan dan devin serempak menganggukan kepalanya, membuat bunda pergi meninggalkan mereka semua setelah mengecup pelan pipi anak anaknya. Bundaable, cocok buat istri kedua bapak gua.

Canda mah.

Al melihat kepergian wanita itu dengan tatapan sedikit cengo, "pan, mbok mu bucin to" ucap nya berbisik agar bunda tak mendengar, tapi masih cukup keras.

Galang mengangguk anggukan kepalanya tanpa sadar, "padahal tadinya mau gua embat"

"mati kek lu anjing!"

.

"rani, rencana nya gagal. Sepupu mu akan menjadi korban disini " gadis yang di panggil itu tersenyum miring tanpa menoleh pada lawan bicaranya.

"bukannya ini bagus? Aku akan aman disini"
Jawabnya dengan santai, memutar kursi kebesarannya dengan sekali dorong, menatap gadis berambut panjang yang tengah berdiri di hadapannya.

"adu domba" gadis itu terkekeh pelan, menatap tak percaya sahabat sekaligus sahabat nya.

"tak apa, sedikit mengorbankan, tak masalah bukan?"

"baiklah, tapi sepertinya aku akan mendapat bonus"

"terlalu percaya diri. Tapi apa kamu mau?"

"tentu" jawab gadis berambut panjang itu dengan yakin, tak ada keraguan disana.

"pergilah menjadi jalang, dan aku akan menambahkan bayaran mu 3 kali lipat" ucap rani dengan sedikit gurau an.

"baiklah."

Rani mendongak, menatap tak percaya sahabatnya."gila harta." ejeknya

"sama seperti mu, bukan?" gadis itu terkekeh pelan, membuat rani ikut tertawa bersama.

Gadis cantik itu melihat lihat kuku cantik nya, perpaduan warna hitam dan merah menghiasi kuku panjangnya. "seperti nya aku butuh liburan"

.

.

.

.

.

Sorry lama hehe.
Vote and comment ya.
See you







DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang