Alaska offices

1.5K 83 6
                                    

AUTHOR POV^

"kak deragaa..." panggil gadis itu sambil menggoyang goyangkan lengan lelaki di sampingnya yang setia berjalan.

"hm"

"kakk..."

"hm"

"KAK DERAGA!" teriak delisya, untung saja mereka sudah berada di dalam ruangan pribadi deraga, jika tidak? Mungkin mereka sudah menjadi bahan tontonan para pegawai kantor deraga.

Ya, mereka tengah berada di kantor milik deraga. Tadi Sekretarisnya menelfon, katanya ada hal penting yang harus di bicarkan, jadi mau tak mau deraga harus ke sini walau sudah menjelang petang, bahkan gadis nakal di samping nya tak mau pulang.

Deraga menoleh, menatap datar delisya yang tengah menunjukan gigi putih susunya, sangat manis, jadi pengen jual.

Canda jual.

"apa?" tanya deraga ketus, akibat insiden tadi siang jujur dia masih agak kesal, tapi ia tak bisa menyalahkan delisya sepenuhnya. Jadi ini hanyalah setingan, shttt... Buat yang jomblo pura pura gatau aja.

Delisya mengerucutkan bibirnya kesal, jika bukan karna acara pura pura marah, mungkin deraga sudah mengurung delisya, ah! Gadis itu. "ish, jangan cuek! Maafin sasya, ya ya ya?"

Lelaki itu menunduk, maklum saja tinggi delisya hanya sebatas dada nya, tak lebih malah kurang. "ya" jawabnya lalu pergi meninggalkan gadis itu, mendudukan kursi besar nya yang empuk,jangan lupakan tumpukan tumpukan berkas di atas meja.

Gadis itu menatap kepergian deraga dengan mata berkaca kaca, mungkin bawaan tamu bulanan nya?

"BUNDAAA!! KAK RAGA JAHAT!! HIKS JUAL AJA BUNDAA!!" teriak delisya menggelegar, membuat deraga mau tak mau menghampirinya. Untung ruangan deraga kedap suara, jika tidak? Bisa di bayangkan.

"astaga" lelaki terkekeh sepanjang jalan nya, mungkin ini akan menjadi hobi barunya? Menjahili kekasihnya sendiri.

"jahat!!" delisya menghentakan kakinya, tapi tak lama ia melompat ke gendongan deraga, mungkin jika ia tak siap, mereka berdua akan tersungkur di bawah lantai marmer itu.

"astaga sya, pelan pelan" deraga menghembuskan nafasnya panjang. "jangan di ulangin ya?" ujarnya lembut sambil mengelus punggung delisya yang terlapisi kaos putih miliknya, tadi di perjalanan gadis itu mengeluh panas karna hoodynya yang mungkin terlalu tebal, mau tak mau deraga meminjamkan kaos putihnya yang selalu ia bawa di dalam mobil. Ya, karna menjelang petang deraga bertukar kendaraan dengan devan tadi. Ya memang itu mobik deraga yang di pinjam devan kemarin.

Delisya mengangguk, memeluk leher deraga lalu bergumam. "maafin sasya ya?"

"ya"

"jangan ya doang!" bantah delisya, tangan mungilnya memukul dada bidang deraga kencang tapi tak berpengaruh pada lelaki itu.

"iya sayang" ulang deraga membuat delisya mengulas senyumnya.

Deraga berjalan mendekati kembali meja kerja nya dengan delisya yang setia di gendongannya. Mendudukan dirinya lalu membuka labtop abu abu miliknya. "kak raga lagi kerja?"

"lagi nyalon sya" sahut deraga asal membuat delisya lagi lagi mengerucutkan bibirnya gemas.

Cup!

"ihh! Main cium cium aja!" delisya memegang bibirnya yang baru saja di ambil keprawanannya. deraga terkekeh melihat raut wajah delisya yang kesal, lalu kembali menatap labtopnya, membiarkan delisya tetap berada di pangkuannya.

"sayang kalau di anggurin sya"

"iyain"

"hm"

Delisya menulusuri matanya di ruangan pribadi deraga, sangat luas. Itu yang ada di otak nya sekarang, ruangan dengan perpaduan warna putih hitam itu sangat menggambarkan kepribadian sang pemilik.

DeragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang