delivery girl

301 30 2
                                    

"Mallory, udah malam. Biar aja yang lain yang nganter."

Mallory menggeleng saat mendengar permintaan Jeffrey. Lalu kembali menggunakan seragam yang tadinya sudah dilepas karena gadis itu hendak pulang. Seorang pekerjanya sakit, jadi Mallory memberinya izin untuk pulang dan menggantikan posisinya untuk mengantar pesanan delivery.

"Ini delivery doang kok. Ga jauh juga tempatnya."

"Gue ikut."

Mallory menggeleng saat mendengar penawaran Jeffrey. "Eh? Enak aja. Terus yang jaga restoran siapa kalo manager sama ownernya sama-sama pergi?"

"Kalau gitu gue aja yang nganter, lo di restoran."

Lagi-lagi, Mallory menggeleng dan langsung menyalakan motor khusus delivery.

"Sebentar doang, janji."

Jeffrey pada akhirnya mengangguk pasrah, lalu membiarkan Mallory melenggang pergi membawa makanan yang siap untuk di antar.

Sejak mendirikan restoran, Mallory memang berkeinginan untuk menjadi pekerja. Mallory senang melayani pelanggan-pelangganya secara langsung, berinteraksi dengan penikmat makanan yang restorannya sediakan. Mallory juga mengenal semua pekerjanya, dan seluruhnya mengetahui bahwa Mallory adalah pemilik restoran tersebut. Namun Mallory dan pekerja lainnya tidak mempunyai jarak yang membatasi mereka. Mallory hanya mengambil status owner jika memang dibutuhkan, sisanya adalah urusan Jeffrey sebagai manager.

Dengan senang hati, Mallory akan menggantikan shift pekerjanya yang izin karena hal tertentu. Meskipun begitu, tidak ada satupun pekerja yang bermalas-malasan karena kelenggangan yang diberikan Mallory, karena bukan rahasia lagi kalau Mallory adalah orang yang tegas. Seluruhnya tetap menghormati Mallory sebagai atasan mereka.

Mallory memakirkan motornya di sebuah parkiran khusus dekat lobby apartemen besar. Dengan langkah yakin, Mallory membawa pesanan di tangannya dan memasuki gedung pencakar langit itu. Sesekali Mallory melihat alamat untuk memastikan ia tidak pergi ke lantai yang salah.

"Here we go."

Jari Mallory menekan sebuah tombol bel di depannya sambil tersenyum di depan pintu, mencoba memberikan kesan baik pada pelanggannya nanti.

Di balik pintu, Doyoung sudah hampir meloncat kegirangan saat menyadari doanya dijawab oleh Tuhan. Setelah mengintip melalui lubang khusus di tengah pintu, Doyoung segera merapikan rambut hitamnya dan menarik nafas sebelum akhirnya membuka pintu dengan senyuman.

Berbeda dengan Doyoung, ekspresi wajah Mallory justru berubah menjadi kaget. Mallory masih mengingat jelas, mata yang ditatapnya sekarang adalah mata yang menatapnya tiga hari yang lalu di restoran.

Jantung Doyoung berdebar cukup cepat, membuatnya malah menjadi seperti remaja yang sedang dimabuk asmara. Doyoung memutar otaknya, mencoba mencari kalimat yang biasanya digunakan orang-orang saat menerima pesanan makanan.

"Hai?"

Doyoung bodoh.

Mallory menatap laki-laki di depannya heran. Sementara Doyoung merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya mengeluarkan kalimat sapaan seperti itu.

Mallory berdeham sejenak, lalu menyodorkan pesanannya. "Halo, selamat malam. Saya mengantar pesanan makanan."

Suara Mallory langsung membuat Doyoung sadar kembali. uUntuk sejenak Doyoung berhenti merutuki dirinya sendiri dan mengangguk, lalu mengambil makanan dari tangan Mallory sambil tersenyum malu.

"Ini totalnya, dibayar cash?" Tanya Mallory sambil memberikan sebuah struk.

Doyoung mengangguk lagi.

mallory [kim doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang