she wasn't kidding

163 18 0
                                    

Sambil meminum kopi panas, Jeffrey membaca deretan kalimat di layar laptopnya. Ada beberapa hal yang harus laki-laki itu selesaikan sebelum jam makan siang, sebelum dirinya dan Mallory pergi menemui perwakilan salah satu perusahaan minuman yang bekerja sama dengan restoran nanti.

Mallory sendiri sedang berada di ruangannya, membicarakan sesuatu dengan sang ayah melalui panggilan video. Menurut Jeffrey, sebagai pemilik restoran sebenarnya Mallory tidak perlu datang setiap hari untuk bekerja. Gadis itu sudah punya semua ahli di bidangnya masing-masing dan ia sudah memberikan gaji yang cukup untuk semua pekerjanya, termasuk Jeffrey. Maka sebenarnya tidak ada lagi yang perlu ia lakukan, selain memberi persetujuan atau memberi tanda tangan pada beberapa berkas penting.

Namun gadis itu memang pekerja keras. Jika memang dirinya tidak punya kesibukan, maka ia akan "menyamar" menjadi pekerja biasa. Jeffrey sendiri tidak mengerti jalan pikiran Mallory, tetapi ia menghormatinya. Selama Mallory mampu dan senang menjalaninya, maka Jeffrey tidak ambil pusing.

Sebuah ketukan di pintu ruangan membuat Jeffrey tersadar dari lamunannya.

"Masuk." Perintah Jeffrey.

Jeffrey berekspetasi akan kehadiran Mallory atau seorang pekerjanya yang hendak membicarakan sesuatu. Namun, ternyata yang hadir di ambang pintu ruangannya adalah orang lain yang tidak pernah ia duga. Ada seorang gadis berdiri di sana dengan seorang pelayan restoran di belakangnya.

"Maaf, Pak Jeffrey. Nona ini memaksa untuk bertemu bapak."

Walaupun kebingungan, Jeffrey tetap mengangguk. "Kamu boleh kembali, tolong tutup pintunya."

Setelah menundukkan kepala sebagai tanda hormat, pelayan itu undur diri, tidak lupa menutup pintu sesuai perintah. Jeffrey memberikan gestur tubuh mempersilahkan sang gadis duduk di kursi yang ada di ruangannya. Diam-diam, tangan Jeffrey segera meraih ponselnya dan mengetik sebuah pesan untuk Mallory.

Jeffrey
Stay di ruangan
Ada musuh

Setelah memastikan pesannya terkirim, Jeffrey akhirnya menyambut gadis itu. "Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"

"Nama saya Dabin."

Jeffrey mengangguk. Sebenarnya Mallory sudah pernah menyebut nama itu saat menceritakan segalanya setelah insiden di restoran beberapa hari yang lalu, tetapi kali ini Jeffrey harus berpura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi diantara mereka.

"Baik. Saya Jeffrey Jung, manager restoran Mo'z. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jeffrey.

Dari penampilannya, Jeffrey mulai menerka-nerka apa yang akan dilakukan Dabin hari ini. Di mata Jeffrey, gadis itu terlihat sedikit angkuh dan Jeffrey tidak menyukainya. Terlebih saat ia meminta Mallory dipecat dengan mudahnya beberapa minggu yang lalu, tetapi malah pergi begitu saja saat diajak melihat rekaman CCTV.

"Saya cuma mau bertanya-tanya tentang Mallory."

"Saya akan menjawabnya selama pertanyaan anda tidak menyangkut kehidupan pribadi." Balas Jeffrey tegas.

"Sejak kapan dia kerja di sini?"

Jeffrey pura-pura berpikir terlebih dahulu. "Mallory telah bekerja dan melayani di restoran ini sejak restoran resmi dibuka." Jawabnya jujur.

Dabin mengangguk-angguk. Tanpa membalas perkataan Jeffrey, tangan gadis itu merogoh tasnya sendiri. Kemudian, Dabin menyodorkan secarik kertas kepada Jeffrey.

"Pecat Mallory, saya bisa tulis berapa pun yang kamu mau."

Kedua mata Jeffrey langsung terbuka lebar saat berhasil melihat jelas kertas tipis di tangan Dabin. Jeffrey tidak bodoh, kertas seperti itu sudah sering ia temui. Namun, Jeffrey memilih untuk berpura-pura tidak mengerti.

mallory [kim doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang