almost there

131 18 2
                                    

"Sepi banget hidup gue sejak Taeyong sama Doyoung naik jabatan. Biasanya kan di ruangan kita mereka berdua yang berantem, sekarang sepi."

"Udah gitu mereka jadi jarang main! Sibuk banget udah kayak pejabat negara."

"Terus nih ya—"

Taeil menggeram, menatap Johnny tajam karena laki-laki itu tidak berhenti berbicara sejak keduanya keluar dari lift. "Johnny lu berisik banget sumpah."

Johnny mengeluarkan senyumnya, kemudian beralih membuka pintu ruangan mereka. "Tuh, kan! Biasanya kita abis makan siang pasti ada Taeyong sama Doyoung lagi ribut. Sekarang ruangan kita tinggal kita berdua!"

Tanpa mengatakan apapun, Taeil melewati Johnny dan melangkah masuk ke ruangan.

"Perusahaan kenapa lama banget sih ngasih pengganti Taeyong sama Doyoung. Kan kalau kayak gini ceritanya gue berasa lagi ngomong sama tembok." Lanjut Johnny sambil menutup pintu.

Lagi-lagi Taeil tidak menjawab, ia hanya berdiri di depan meja kerjanya, menatap sesuatu dengan wajah serius.

"Taeil lo bener-bener ya gue ajak ngobrol bukannya diladen—"

"John."

Mendengar ucapannya dipotong, Johnny menatap Taeil sambil mengangkat alisnya. "Apaan? Muka lo serius amat."

"Cek meja lo."

"Hah?"

Taeil mengangkat sesuatu berbentuk persegi panjang dari mejanya. Melihatnya, Johnny segera berlari ke mejanya sendiri. Di sana, terletak barang yang sama persis seperti yang ditunjukkan Taeil. 

Undangan pernikahan.

"APA-APAAN?!?!?!?" Pekik Johnny langsung.

Johnny dan Taeil saling melempar tatap. Kemudian keduanya menunduk, membaca dua nama yang tertera di sana. Setelahnya keduanya saling tatap lagi. Lalu, menunduk lagi, dan bertatapan lagi.

Taeil meneguk air liurnya sendiri. "Tulisannya Kim Doyoung—"

"Dan Lee Mirae...." potong Johnny.

"Duh, Yong, sumpah makasih banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Duh, Yong, sumpah makasih banget. Kalau ga ada lo mungkin gue pingsan kelaperan."

Taeyong mendecih. Matanya mengamati Doyoung yang melahap rotinya seperti tidak ada hari esok. 

"Perlu gue bilang berapa ratus kali sih, Doy? Jangan lewatin makan siang. Lagian jam kerja udah selesai dua jam yang lalu, ngapain masih di sini? Untung toko roti di depan masih buka." Omel Taeyong geram. 

Mata Taeyong menatap Doyoung tajam. Sahabatnya itu belum ada dua minggu keluar dari rumah sakit akibat insiden kebakaran yang melibatkan Mallory dan Dabin. Bukannya menjaga kesehatannya dengan baik, Doyoung malah melewatkan makan siang dan berani lembur seperti sekarang.

mallory [kim doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang