forever

108 13 2
                                        

Gugup? Gemetar? Takut? Berkeringat? Sakit perut? 

Jauh dari itu. Doyoung rasanya ingin melompat dan berputar-putar di udara sankin senangnya karena hari yang ia tunggu-tunggu tiba. Hari yang sudah dipersiapkan dengan baik selama berbulan-bulan. Ia mengibaskan tangannya cepat sambil melihat dirinya sendiri di cermin dengan tubuh sudah terbalut jas rapih berwarna hitam.

"Mampus. Mampus. Gimana dong? Mallory lagi ngapain ya? Gue nikah bentar lagi, woi! Bentar lagi! "

"Gue udah ga ketemu Mallory dari kemarin pagi! Pengen ketemu sekarang!!!!"

"Anjingggggggg kagak bisa nikah sekarang aja apa?!??!?! Lama amat????!?!?!" 

Taeyong memutar bola matanya malas, kemudian bertatapan dengan Gongmyung. Keduanya menggelengkan kepala setelah melihat tingkah Doyoung yang berbicara sendiri di cermin sejak setengah jam yang lalu.

Masih sambil mengibaskan tangan, Doyoung kembali bersuara. "Hari ini gue nikah anj—"

"Doy, diam ga?" Potong Gongmyung jengah.

Doyoung menggeleng. "Ini lama banget, bang! Lagi nunggu apaan sih???"

"Nunggu lo bertingkah selayaknya pria sejati. Doy, jangan petakilan gini lah. Lo mau nikah, yang kerenan dikit kenapa." Sambar Taeyong.

Tepat sebelum menjawab, pintu ruang rias terbuka. Doyoung, Taeyong dan Gongmyung segera menoleh. 

"Pemberkatannya akan dimulai. Silahkan bersiap, Tuan."

Baik Doyoung maupun Mallory, keduanya masih sama-sama mengingat jelas pernikahan Gongmyung sekian bulang yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baik Doyoung maupun Mallory, keduanya masih sama-sama mengingat jelas pernikahan Gongmyung sekian bulang yang lalu. Mallory masih ingat bagaimana ia duduk menyaksikan prosesi pemberkatan pernikahan yang sangat indah dan penuh haru. Mallory juga mengingat bagaimana Doyoung memberinya senyuman penuh arti dari kejauhan saat itu, saat menjadi pendamping Gongmyung di panggung.

Hari ini, Mallory menyaksikan hal yang sama. Doyoung tersenyum padanya dari kejauhan.

Bedanya, kali ini Doyoung bukan menjadi pendamping Gongmyung. Sebaliknya, Gongmyunglah yang menjadi pendamping Doyoung. 

"Siap?"

Mallory menoleh pada ayahnya yang baru saja berbisik. Ia mengangguk, lalu mengeratkan gandengannya di lengan sang ayah dan bersiap untuk melangkah. 

Musik mengalun, mendampingi langkah kaki Mallory dan sang ayah menuju panggung. Senyum bahagia terukir jelas di bibirnya. Kakinya gemetar di balik gaun putih panjang yang menjuntai sampai ke lantai. Meskipun begitu, Mallory justru semakin bersemangat untuk melangkah menuju kebahagiaannya di depan sana. 

Melihat Mallory yang semakin dekat, Doyoung tidak bisa menahan gejolak dalam hatinya. Semakin dekat, Mallory malah membuat Doyoung hampir kehilangan kesadarannya. Gadisnya itu terlalu cantik, terlalu indah, terlalu sempurna untuk menjadi nyata. 

mallory [kim doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang