special - a month after

134 16 1
                                    

"Kemudian 20 menit lagi ada pertemuan singkat dengan departemen keuangan. Kemungkinan jadwal makan siang Pak Doyoung akan sedikit terlambat. Lalu setelah makan siang ada jadwal cek rutin ke pabrik. Hanya itu, Pak Doyoung."

"Pak Doyoung?"

Doyoung mengerjapkan matanya dan mendongak, hanya untuk menemukan Lily yang berdiri di depan mejanya lengkap dengan tablet yang menjadi media catatannya. Gadis itu menatap Doyoung bingung.

"Iya? Tadi kita lagi bahas apa ya?" Tanya Doyoung.

Lily tersenyum tidak enak. "Sisa jadwal Bapak untuk hari ini, Pak. Ada pertemuan singkat dengan departemen keuangan 20 menit lagi di jam satu siang, dan cek rutin ke pabrik di jam tiga." Jawab Lily.

Doyoung mengangguk tanpa bicara apapun, membuat Lily spontan membungkuk dan berniat pergi, membiarkan sang atasan kembali berkutat dengan pikirannya. 

"Ly! Sebentar!" Panggil Dyoung tiba-tiba, berhasil membuat Lily tidak jadi berbalik pergi.

"Ada apa, Pak Doyoung?" Tanyanya penuh hormat.

Doyoung menatap gadis di depannya ragu. Seingatnya, Lily sudah lama bekerja di perusahan Mallory dan mengabdi pada isterinya itu. Keduanya terlihat dekat karena sama-sama perempuan, tetapi Doyoung tidak tahu apakah ia pantas menanyakan apa yang mengganggu pikirannya pada Lily atau tidak.

"Pak?" Panggil Lily lagi.

Helaan napas keluar dari bibir Doyoung. "Saya boleh nanya sama kamu?" Tanya Doyoung.

Lily mengangguk mantap.

"Mallory tuh..." Doyoung berhenti sejenak. "Pernah aneh, ga?"

"Hah?" Tanya Lily heran. Kemudian dia membungkuk saat menyadari kesalahannya. "Maaf, Pak. Maksud saya, saya kurang mengerti."

Doyoung membenarkan posisi duduknya sambil menggeleng-geleng. "Engga, engga. Saya ganti pertanyaan." Ujarnya lalu berpikir sejenak. 

"Gini, perempuan kalau marah, padahal semalamnya bahagia, kira kira kenapa?" Tanya Doyoung pada akhirnya.

"Ini tentang Bu Mirae, Pak?" Tanya Lily.

Doyoung mengangguk.

"Mungkin Bapak baru berbuat kesalahan?" Ujar Lily. Sedetik kemudian ia menunuduk. "Maaf, bukan maksud saya menyalahkan Bapak, tapi—"

"Tapi perasaan saya ga ngapa-ngapain deh, Ly." Ujar Doyoung, tidak terlalu memusingkan Lily yang saat ini merasa bodoh karena baru saja berbicara kurang sopan—setidaknya begitulah menurut gadis itu. 

"Selain bahagia dan tiba-tiba marah, Bapak punya info lain? Siapa tau saya bisa menebak alasannya." Tanya Lily.

"Tadi pagi Mallory meringkuk di tempat tidur, padahal biasanya dia bangun lebih cepat daripada saya dan buat sarapan. Malahan, tadi pagi setelah saya buat sarapan dan bangunin dia, dia tetap ga mau bangun. Saya disuruh cepat-cepat pergi ke kantor aja." Jelas Doyoung.

"Meringkuk?"

Doyoung mengangguk. "Iya, meringkuk di bawah selimut sambil megangin perut."

Lily membulatkan matanya. "Sebentar, Pak." Ujarnya, tangannya dengan cepat membuka tablet dan mencari sesuatu di sana.

"Ah! Saya tau, Pak!" Ujar Lily senang. Ia menyodorkan tablet yang menyala itu pada Doyoung.

Doyoung sendiri mengerutkan keningnya, keheranan saat tablet Lily malah memperlihatkan kalender. "Ly, saya juga punya kalender, saya tau ini tanggal berapa."

"Bukan, Pak! Ini siklus bulanan Ibu Mirae, saya selalu simpan di catatan saya."

"Hah?"

Doyoung mengerjapkan matanya berkali-kali. 

mallory [kim doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang