Sesuai dengan tujuan utama kedatangan Mallory, siang ini ia akan pergi ke toko kue milik ibu Doyoung untuk membuat kue di sana. Saat ini, di rumah Doyoung hanya ada laki-laki itu sendiri dan Mallory. Sebagai pemilik toko, ibu Doyoung sudah pergi lebih dahulu ke toko kue, sementara ayah Doyoung pergi karena urusan pekerjaan. Doyoung dan Mallory sendiri juga akan pergi, menyusul ibu Doyoung ke toko kue.
Kaki Mallory melangkah menuruni tangga dengan terburu-buru karena merasa bersiap-siap terlalu lama. Saat ia sampai lantai satu kediaman keluarga Doyoung, laki-laki yang dicarinya sudah menyender pada kulkas di dapur sambil meminum air dingin.
"Aku lama, ya?" Tanya Mallory sambil menghampiri Doyoung.
Doyoung menggeleng. "Engga. Lagian kamu mau lama kayak gimana juga aku rela nunggunya."
"Bucin banget bahasanya." Celetuk Mallory.
Doyoung tertawa. Ia segera meletakkan gelasnya ke wastafel dan mengacak rambut Mallory. "Kenapa? Mau protes?"
"Engga kok, ga ada yang protes." Sahut Mallory langsung sambil melihat jam di dinding. "Berangkat yuk, nanti mama kamu nungguin lagi." Lanjutnya.
"Sebentar dulu." Cegah Doyoung.
Mallory mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa?" Tanyanya.
"Pinjem tangan kamu."
Doyoung mengulurkan tangannya, meminta kedua tangan Mallory. Gadis itu hanya menurut, ia meletakkan kedua tangannya di atas tangan Doyoung dan membiarkan Doyoung memperhatikan kedua tangannya lekat-lekat.
"Kamu ngapain?" Tanya Mallory lagi.
Doyoung tidak menjawab. Laki-laki itu malah menarik tangan Mallory keluar dari dapur menuju halaman belakang. Kemudian, Doyoung mengajak Mallory untuk duduk.
"Kamu mau buat kue tapi kukunya panjang kayak gini. Mau tepungnya nyangkut semua?" Ujar Doyoung sambil mengeluarkan gunting kuku yang Mallory sendiri tidak tahu asalnya darimana.
Setelah itu, Doyoung menggunting satu persatu kuku Mallory dengan telaten. Ia terlihat sangat fokus, bahkan Mallory heran sendiri melihatnya.
"Kalau sakit, bilang." Ujar Doyoung lagi.
Mallory tersenyum diam-diam. Mungkin Doyoung bukan laki-laki yang ucapannya manis atau punya panggilan-panggilan lucu untuk pasangannya. Namun, Doyoung punya seribu satu cara untuk membuat Mallory selalu terkejut. Ia peduli pada hal-hal kecil yang bahkan Mallory tidak sadari. Walaupun cara menyampaikannya terdengar seperti omelan, tetapi Mallory menyukainya.
"Makasih." Ujar Mallory sambil tersenyum lebar saat Doyoung menyelesaikan kegiatannya.
"Lain kali dipotong kukunya kalau udah panjang. Kalau patah nanti sakit."
"Iyaaa Doyounggggg iyaaaaaaaaa."
Doyoung memicingkan matanya, pura-pura kesal. "Kamu tuh lagi aku nasehatin—"
Ucapan Doyoung terpotong saat Mallory menempelkan bibirnya tiba-tiba tepat di bibir Doyoung. Tidak lama, bahkan tidak sampai satu detik kemudian Mallory segera menarik kepalanya lagi.
"Bawel." Celetuk Mallory sambil tersenyum miring dan berdiri dari tempat duduknya.
Mengejutkannya, Doyoung menarik tangan Mallory sehingga gadis itu jatuh tepat di pangkuannya. Kedua tangan Doyoung berpindah ke pinggang Mallory. Walaupun terkejut, senyum miring Mallory tidak juga luntur, seakan-akan menantang Doyoung.
"Hayo, mau ngapain?" Tanya Mallory.
Doyoung tidak menjawab, ia memiringkan kepalanya sambil berbisik di telinga Mallory. "Menurut kamu, aku mau ngapain, hmm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
mallory [kim doyoung]
FanficNama: Kim Doyoung Usia: 24 tahun Status: Udah punya pacar, tapi jatuh hati seorang sama pelayan di restoran pizza. read at your own risk. be a wise reader. April 7, 2020 - July 29, 2021 has reached: #1 in kimdongyoung #1 in dongyoung