"Iya, Mark. Besok kakak ke sana, tolong kamu periksa ulang agenda rapatnya."
"Alright. Kakak jangan lupa makan siang. Aku tutup, ya?"
"Semangat kerjanya, kesayangannya kakak."
Mark tertawa sebelum memutus panggilan video. Mallory menutup mata sambil bersandar pada kursi empuknya, mencoba menyegarkan pikirannya. Terlalu banyak hal yang harus ia kerjakan beberapa hari ini, berkaitan dengan urusan perusahaan dan restoran, belum lagi ditambah pikiran gadis itu penuh oleh nama Doyoung.
Suara pintu terbuka membuat Mallory terpaksa membuka mata untuk melihat siapa yang memasuki ruangannya. Ketika melihat Jeffrey, Mallory segera menutup matanya lagi.
"Capek, ya? Nih, minum dulu." Ujar Jeffrey sambil menyodorkan segelas air mineral dingin.
Mallory akhirnya membuka matanya kembali, kemudian menerima minuman pemberian Jeffrey. Setelahnya, Mallory menatap adik sepupunya lekat-lekat.
"Jeff, gue jahat ga sih sama Dabin?"
Jeffrey menatap Mallory heran. "Jahat apaan, sih?"
"Ya, kan, gue ngerebut pacarnya..."
"Yang jahat mereka. Udah gila kali, sampe bang Doyoung luka-luka gitu. Kalau emang bang Doyoung ga sayang sama Dabin, tapi sayangnya sama lo, kenapa dipaksa-paksa, coba? Itu jahat namanya. Hidup orang kok dijadiin mainan."
Pedas, tapi Jeffrey ada benarnya juga. Mallory menghela napas pelan, terlalu pusing dengan semua yang terjadi dalam hidupnya. Semalam, Mallory bahkan hampir tidak ingin pulang dan meninggalkan Doyoung sendirian. Mallory baru sadar hari sudah larut malam saat Jeffrey menghubunginya karena khawatir mengingat Mallory tidak membawa mobilnya. Pada akhirnya, gadis itu dijemput oleh Jeffrey.
"Mal, kalau kalian sama-sama sayang, then fight for it."
Belum sempat Mallory menjawab, ada sebuah ketukan di pintu ruangannya. Setelah diberi izin, pintu terbuka, menampakkan seorang pelayan.
"Maaf menganggu, Bu Mallory, Pak Jeffrey."
Mallory mengangguk sambil tersenyum. "Kenapa?"
"Maaf, bu, tapi ada pesanan delivery dari pelanggan yang minta diantar khusus oleh Bu Mallory."
Mallory dan Jeffrey saling melempar pandang. Keduanya mengingat bahwa kejadian sama pernah terjadi dulu dan pemesannya adalah Doyoung.
"Tapi, diantar ke kantor Bu Mallory sendiri." Lanjut sang pelayan, sudah mengetahui bahwa alamat tujuan yang tertera adalah kantor Mallory.
Lagi-lagi, Mallory dan Jeffrey saling bertatapan. Kening Mallory berkerut karena kebingungan. Biasanya, yang akan memesan delivery ke kantor adalah ia sendiri atau Mark, untuk makan siang sekretaris mereka dan mereka tidak akan menghubungi nomor delivery restoran. Lantas, siapa yang memesan dari kantor dan meminta Mallory sebagai pengantarnya?
"Ada tambahan lagi, bu."
Mallory menatap sang pelayan ragu. "Apa?"
"Ada pesan kalau ibu diminta mengantar langsung ke ruangannya. Saya udah catat lantai dan petunjuknya, bu."
Mendengarnya, Jeffrey langsung berdiri tegak. "Pemesannya atas nama siapa?"
"Choi Hyunki, pak."
Untuk ketiga kalinya, Mallory dan Jeffrey saling melempar pandang. Mallory kemudian mengangguk sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Oke, tolong siapin pesanannya. Ga usah siapin motor delivery, saya ke sana naik mobil. Kamu boleh keluar."
Sang pelayan membungkuk hormat, kemudian melangkah keluar dari ruangan Mallory.
KAMU SEDANG MEMBACA
mallory [kim doyoung]
FanfictionNama: Kim Doyoung Usia: 24 tahun Status: Udah punya pacar, tapi jatuh hati seorang sama pelayan di restoran pizza. read at your own risk. be a wise reader. April 7, 2020 - July 29, 2021 has reached: #1 in kimdongyoung #1 in dongyoung