he has a girlfriend

207 23 1
                                    

"Doy, suapin kentang."

Tangan Doyoung meraih kentang goreng yang ada di piring di sebelahnya, kemudian menyodorkannya kepada Dabin. Gadis itu kini sedang bersender manja pada Doyoung di sofa ruang keluarga kediamannya sendiri. Mereka sedang menonton film, menikmati malam minggu di rumah Dabin.

Ralat, hanya Dabin yang menikmatinya. Doyoung tidak.

"Udah lama deh aku ga ngehabisin malam minggu sama kamu gini. Kamu sih, sibuk terus."

Doyoung hampir saja membalas Dabin dan berkata bahwa ayahnya sendirilah yang membuat Doyoung sibuk luar biasa. Namun Doyoung mengurungkan niatnya.

"Aku sibuk. Kerjaan kantor aku ga bisa ditinggal."

"Aku bilang aja ya sama papa buat ngurangin kerjaan kamu? Biar kita bisa ngehabisin waktu berdua!"

Mendengar usul Dabin, Doyoung segera menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Jangan. Kalau kerja itu harus profesional. Udah tanggung jawab aku nyelesain kerjaan."

"Tapi kan kamu jadi jarang main ke rumah aku!"

Doyoung memang pernah berkunjung ke rumah Dabin sebelumnya, hanya untuk sekedar menemani Dabin atau menonton film seperti sekarang. Dulu, Doyoung ikhlas melakukannya, mengingat ia pernah tertarik pada gadis itu. Namun sekarang rumah besar Dabin adalah penjara bagi Doyoung. Jika bukan karena Hyunki, Doyoung pasti sudah tidak mau menapaki kakinya di rumah ini lagi. Tadi sore, Hyunki menghampiri Doyoung di kantor, hanya untuk menyuruh Doyoung mengiyakan ajakan Dabin untuk menghabiskan malam minggu di rumah mereka.

Rumah kediaman Dabin adalah rumah yang sangat besar, berada di komplek elit yang bahkan sankin elitnya tidak ada satupun rumah di dalamnya yang menggunakan pagar karena keamanannya sudah terjamin. Doyoung tidak terlalu terkejut saat mengetahuinya, mengingat posisi Hyunki di perusahaan tempatnya bekerja, sudah pasti keluarga Dabin memang kaya raya. Ditambah lagi, Dabin adalah anak satu-satunya, jadi seluruh harta orangtuanya dilimpahkan hanya untuk keperluan Dabin.

"Aku haus. Sebentar, aku ngambil minum dulu. Kamu mau juga?"

Dabin mengangguk. "Ambilin susu di kulkas ya, sayang?"

"Iya."

Dabin kemudian menegakkan tubuhnya agar Doyoung dapat berdiri. Doyoung melangkahkan kakinya ke dapur yang cukup jauh dari ruang keluarga mengingat rumah itu sangat besar. Walaupun ia membenci situasinya sekarang, Doyoung masih punya cukup kemanusiaan untuk menawarkan mengambil minum. Doyoung selalu diberi kebebasan di rumah itu. Bahkan sankin bebasnya, Dabin tidak jarang mengajak Doyoung ke kamarnya dan tentu saja selalu Doyoung tolak, ia lebih memilih menonton di ruang keluarga daripada di kamar Dabin.

Ketika Doyoung kembali ke ruang keluarga, Dabin tidak ada di sana. Doyoung akhirnya meletakkan kedua minuman mereka di meja. Namun belum sempat Doyoung duduk, bel rumah Dabin terdengar menyala.

"Doy, bukain pintu dong! Aku di kamar mandi." Teriak Dabin.

Tanpa menjawab, Doyoung melangkahkan kakinya menuju pintu rumah Dabin. Sebenarnya Doyoung malas, tetapi ia tidak mau mencari masalah dengan gadis itu untuk malam ini. Dengan setengah hati, tangan Doyoung meraih gagang pintu dan membukanya.

"Selamat malam—Doyoung??"

Doyoung membeku begitu saja saat melihat sosok gadis yang sedang memegang dua box pizza di hadapannya. Senyum lebar tercetak di wajah gadis itu saat melihat Doyoung. Seperti biasa, rambut gadis itu terkuncir satu dan seragam khas restoran melekat di tubuhnya.

Biasanya, Doyoung akan merasa senang saat melihat senyum Mallory, namun kini ia malah merasa seperti baru saja disambar petir.

"Ini rumah kamu?"

mallory [kim doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang