mallory [kim doyoung]

-pemanasan-

a kim doyoung fanfiction

MALLORY

beberapa hari yang lalu,

Doyoung meyakinkan dirinya sendiri berkali-kali bahwa tindakan yang akan diambilnya hari ini adalah keputusan yang tepat. Laki-laki itu merasa ia sudah cukup menyakiti hati perempuan yang dikencaninya selama beberapa bulan ke belakang. Bukan hanya itu, Doyoung juga merasa ini sudah saatnya ia berhenti membohongi perasaannya sendiri.

Doyoung tidak pernah mencintai gadis itu. Doyoung sudah sangat yakin, yang dirinya rasakan sebenarnya bukanlah cinta, melainkan hanya kagum dan hormat semata karena tidak dapat dipungkiri bahwa paras kekasihnya itu memang sangat cantik, ditambah lagi statusnya yang tidak lain adalah putri dari seseorang yang mempunyai peran penting di tempat Doyoung bekerja.

Helaan napas berat terdengar mewarnai sunyinya mobil milik laki-laki bertubuh tinggi itu. Hatinya benar-benar gusar, ia lelah terus-menerus berperilaku seakan-akan dirinya bahagia, padahal sebenarnya tidak ada debaran-debaran gemas di hatinya setiap ia menemui gadis yang menyandang status kekasihnya itu.

Sebuah getaran yang berasal dari ponsel milik Doyoung membuyarkan lamunannya. Tangannya dengan cepat menerima panggilan yang masuk.

"Sayang? Kamu dimana, sih? Aku udah di dalam dari tadi."

"Aku baru parkir. Tunggu sebentar, ya?"

"Iya."

Tepat setelah panggilannya dimatikan, barulah Doyoung sadar bahwa sudah lebih dari 15 menit ia menghabiskan waktu untuk berpikir di dalam mobilnya. Lagi-lagi, Doyoung melakukan kebohongan kecil dengan mengatakan dirinya baru saja parkir. Tanpa menghabiskan waktu lebih lama, Doyoung segera keluar dari mobil kesayangannya yang dibeli menggunakan hasil jerih payahnya sendiri itu.

"Dabin? Kamu nunggu lama?"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Doyoung mendaratkan bokongnya di bangku di hadapan gadisnya. Kedua mata Doyoung menatap ekspresi wajah Dabin yang benar-benar terlihat kesal, bahkan kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Matanya menatap tajam ke arah Doyoung.

"Kamu yang ngajak ketemuan, kamu juga yang terlambat."

Doyoung menghela nafas pelan. "Aku minta maaf. Kamu tau aku langsung ke sini dari kantor, dan habis ini aku juga harus ke kantor lagi."

"Ya, terus kenapa kamu ngajak ketemuannya sekarang? Udah tau jam makan siang kamu mepet. Emang kamu mau ngomong apa, sih?"

Doyoung tidak langsung menjawab pertanyaan Dabin, melainkan hanya menatap Dabin yang meneguk minumannya dengan kesal.

"Lihat, kan? Minuman aku sampai habis karna nungguin kamu kelamaan." Lanjut Dabin.

Doyoung membuang napasnya pelan, kemudian menatap Dabin tepat di matanya.