sunday best - sunday worst

209 19 2
                                    

Memiliki sebuah restoran membuat Mallory tidak bisa bersantai begitu saja di hari minggu. Setidaknya, gadis itu harus datang untuk mengawasi para pekerjanya walaupun hanya satu jam. Sisanya ia serahkan kepada Jeffrey dan kepala chef kepercayaannya.

Sebenarnya, berkali-kali Jeffrey mengatakan kepada Mallory bahwa gadis itu tidak perlu repot-repot, karena sebenarnya Mallory bahkan bisa mengontrol restoran setiap hari dari rumahnya sendiri. Namun, Mallory juga berkali-kali menolak dan berkata bahwa tujuannya mendirikan restoran adalah karena ia juga ingin bekerja, melayani pelanggan, mengontrol kinerja para pekerja. Jeffrey tidak pernah berhasil mengalahkan Mallory jika topik perdebatannya adalah hal ini.

Mallory tidak pernah menggunakan seragam di hari minggu. Tidak seperti hari lainnya dimana ia selalu menggunakan seragam dan apron pendek layaknya pekerja biasa, Mallory justru berpakaian layaknya pengunjung biasa di hari minggu, karena ia tahu ia tidak akan lama berada di restoran.

Setelah bertemu Jeffrey dan membicarakan beberapa hal, Mallory pamit pada sepupunya itu untuk pulang. Namun, baru saja gadis itu menapakkan kaki di parkiran dan hendak menelepon Mark untuk menjemputnya, sebuah pemandangan tidak asing tertangkap oleh manik matanya.

Ada sebuah mobil di sudut parkiran, lengkap dengan sang pengemudi yang berdiri di sebelahnya.

Mallory merasa familiar dengan apa yang dirinya lihat. Gadis itu belum sempat berpikir ketika sang pengemudi mendongak, menatap manik mata Mallory jauh di depannya.

Barulah Mallory sadar, ia melihat hal yang sama ketika melihat Doyoung pingsan malam itu. Bahkan posisi parkir mobil Doyoung juga sama.

Mallory membeku di tempatnya, sedangkan Doyoung melangkah ke arah pintu masuk restoran, tempat Mallory berdiri. Mata gadis itu mengamati Doyoung lekat-lekat, merasa terpana dengan penampilan Doyoung yang baru pertama kali ia lihat. Sejak kemarin, ia selalu melihat Doyoung berbalut kemeja dan celana bahan, namun kali ini ia melihat Doyoung berpenampilan lebih santai.

Dan sialnya, Doyoung terlihat berkali-kali lipat lebih tampan.

Dan sialnya, Doyoung terlihat berkali-kali lipat lebih tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya Doyoung sampai di depan Mallory. Ia mengeluarkan senyum tipis sebelum menyapa gadis itu.

"Hai?"

"Doyoung? Kamu ngapain ke sini?"

"Saya mau nagih kata-kata kamu."

Kening Mallory berkerut. "Maksudnya?"

Bukannya menjawab, Doyoung malah melihat jam tangannya.

"Kamu udah makan siang?"

"Belum." Jawab Mallory jujur.

"Boleh saya ajak kamu makan siang sama saya?"

Mallory terdiam, menimbang-nimbang apakah ia harus menerima ajakan Doyoung atau tidak. Namun belum sempat menjawab, Mallory merasakan sebuah tangan hangat menggenggam tangannya.

mallory [kim doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang