anger and jealousy

203 22 0
                                    

"Rekomendasi promosi lo selama ini disuruh ditahan sama Pak Hyunki. Soalnya dia tau, kalau lo naik jabatan, dia ga akan bisa ngancem lo lagi karna posisi lo udah bukan di bawah dia."

Doyoung geram bukan main saat ia mendengar Taeyong mengatakan hal demikian tadi pagi, tepat sebelum Doyoung memasuki ruangannya. Amarahnya naik sampai puncak kepalanya. Kalau saja Taeyong tidak menahan Doyoung, sudah pasti laki-laki itu menghampiri Hyunki dan membuat keributan. Beruntungnya Taeyong berhasil menenangkan amarah Doyoung tadi pagi.

"Yong, kita bisa ga sih laporin ini ke orang yang lebih berkuasa dari Pak Hyunki? Gue muak."

"Kita ga punya bukti. Gue juga tau kan dari hasil ngintip. Kalau lo nanya siapa yang lebih berkuasa dari dia, yang jawabannya punya perusahaan ini, lah."

Percakapan dirinya dengan Taeyong tadi pagi terus berputar-putar di kepala Doyoung layaknya kaset rusak. Ia benar-benar membenci fakta bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan untuk saat ini. Satu-satunya cara untuk keluar dari permainan Hyunki dan Dabin adalah resign, dan Doyoung masih punya akal sehat untuk tidak melakukannya. Doyoung tidak mau merelakan pekerjaannya hanya karena Hyunki dan Dabin.

Rasanya Doyoung terlalu lelah. Ia mencari-cari apa kesalahannya di masa lalu hingga bisa terjebak dalam situasi konyol seperti ini. Pekerjaannya nyaris berantakan dan perasannya harus dikorbankan, apa tidak ada yang lebih buruk lagi?

"Anjing."

Doyoung mengusap wajahnya kasar dan meletakkan kepalanya di stir mobil.

"Dasar orang kaya, pengecut, main dibalik jabatan."

Butuh beberapa saat bagi Doyoung untuk kembali menormalkan emosinya. Siang ini, Doyoung berencana pergi ke restoran Mallory untuk makan siang. Tadinya ia mengajak Taeyong, tapi sahabatnya itu sangat sibuk karena kenaikan jabatannya. Akhirnya Doyoung memakluminya dan memutuskan untuk pergi sendiri. Emosi Doyoung kembali tersulut saat ia baru saja masuk ke dalam mobil dan melihat Hyunki berjalan di depannya. Bukannya melanjutkan aktivitasnya, Doyoung malah mengumpat di dalam mobil.

Doyoung menghela napas gusar, memutuskan untuk segera pergi menemui Mallory sebelum kepalanya memanas karena emosi. Sebenarnya, alasan utama Doyoung ke restoran Mallory adalah untuk meminta nomor ponsel gadis itu, karena lagi-lagi Doyoung lupa memintanya kemarin. Namun, alasan lainnya adalah karena bagi Doyoung, bertemu dengan Mallory membuatnya lupa bahwa ia sedang menghadapi situasi yang tidak bersahabat. Rasanya hanya dengan melihat gadis itu, amarah Doyoung hilang begitu saja.

Maka, sebelum waktu makan siangnya habis, Doyoung segera melajukan mobilnya menuju restoran Mallory.

Maka, sebelum waktu makan siangnya habis, Doyoung segera melajukan mobilnya menuju restoran Mallory

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Besok kakak ke sana, okay?"

"Alright. Kakak jangan lupa makan siang. Aku tutup, ya?"

"Yes, Captain Mark!"

Terdengar suara tawa Mark sebelum panggilan video terputus. Sudah seminggu Mallory menghabiskan waktu di ruangannya sendirian. Biasanya, ia punya Jeffrey di ruangan sebelah untuk membicarakan masalah restoran atau sekedar diajak berbincang. Namun karena Jeffrey pulang, Mallory merasa kesepian. Gadis itu tidak mendapat kabar dari Jeffrey dua hari. Dalam hatinya, ia kesal bukan main, tetapi mengingat bahwa kemungkinan Jeffrey menghabiskan waktu bersama keluarganya di sana, Mallory mengurungkan niatnya untuk meneror Jeffrey dengan pesan spam.

mallory [kim doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang