Doyoung tidak menghitung berapa jam ia tertidur, tetapi saat ia bangun dari tidurnya, hal pertama yang dapat matanya tangkap adalah gelapnya langit malam dari jendela kamarnya. Lalu, hal kedua yang masuk ke pengelihatannya adalah pintu kamarnya yang terbuka. Doyoung juga dapat mendengar suara yang berasal dari TV.
Merasa tubuhnya sudah lebih segar, Doyoung pun memutuskan untuk bangun. Kepalanya kini terasa ringan, suhu tubuhnya juga sudah menurun. Doyoung sendiri sedikit heran, seingatnya ia benar-benar lemas sebelum tidur tadi, lalu bagaimana bisa ia merasa jauh lebih baik sekarang?
Apa karena yang merawatnya adalah Mallory?
Mengingat gadis itu, Doyoung akhirnya berdiri dan keluar dari kamarnya. Alih-alih menemukan Mallory, ia malah melihat Taeyong duduk bersandar di sofa, mengunyah sekantung keripik sambil menonton TV.
"Udah bangun, pangeran?"
Doyoung tidak menjawab, matanya langsung menyapu seluruh sudut apartemennya. Namun ia tidak menemukan Mallory.
"Udah balik doi. Percuma mau lo nengklengin leher sampe berapa derajat juga ga bakalan ketemu."
Mendengar penjelasan Taeyong, Doyoung hanya mendengus pelan, lalu menghampiri Taeyong dan duduk di sebelahnya.
Tangan Taeyong langsung terulur untuk menyentuh kening Doyoung.
"Pusing?"
"Udah ga terlalu."
"Minum obat sekali lagi habis makan. Gue bikinin makanan nanti."
Doyoung memutar bola matanya malas tanpa menjawab. Kalau ia sakit, entah kenapa Taeyong tiba-tiba berubah menjadi seperti ibunya.
"Dikasih tau sama yang lebih tua malah rolling eyes!"
"Ya elah, setahun doang."
Doyoung berdiri, lalu beranjak ke dapur dan mengambil minum.
Taeyong pun memutar posisi duduknya agar dapat melihat Doyoung di belakangnya. "Tapi, Doy, gue tadi sempat kaget gara-gara lihat ada cewek di kamar lo. Gue kira si Dabin, tapi habis itu gue inget kalau lo ga pernah bawa Dabin ke sini."
"Tadi kalian sempet ketemu?"
Taeyong mengangguk. "Gue tadi buru-buru ke sini karna gue kira lo mungkin udah sekarat gue tinggal kerja. Tapi ternyata udah ada yang ngurusin lo. Bagus deh, jadi gue ga pusing-pusing mikirin lo yang super manja kalau lagi sakit."
"Gue ga manja, anjir."
"Iya ga manja, cuma kalau makan ga bisa sendiri, harus disuapin."
Taeyong tertawa setelah mengatakannya, membuat Doyoung mendengus kesal.
"By the way, nama tuh cewek siapa, Doy?" Lanjut Taeyong.
"Mallory."
Taeyong tertawa pelan, mengingat-ingat kejadian sore tadi. "Gemes banget anaknya. Tadi pas gue datang, dia gelagapan gitu sambil minta maaf berkali-kali, terus ngejelasin kalau dia ga ngapa-ngapain lo. Padahal mah gue juga ga berprasangka buruk."
Mendengarnya, Doyoung segera beranjak kembali ke sebelah Taeyong, lalu menatap sahabatnya itu tajam.
"Ngomong apa lo barusan?"
Alis Taeyong terangkat satu. "Gemes?"
"Punya gue!"
Taeyong lagi-lagi tertawa, kali ini jauh lebih keras dari yang sebelumnya.
"Dabin dulu tuh urusin!"
Omong-omong Dabin, kini Doyoung baru teringat ia tidak memberi kabar apapun pada gadis itu sejak kemarin. Secepat kilat Doyoung mengambil ponselnya di kamar dan kembali ke sebelah Taeyong. Matanya membulat sempurna saat melihat Dabin menghubunginya sejak siang, dengan tujuan ingin ditemani menonton film.
KAMU SEDANG MEMBACA
mallory [kim doyoung]
Fiksi PenggemarNama: Kim Doyoung Usia: 24 tahun Status: Udah punya pacar, tapi jatuh hati seorang sama pelayan di restoran pizza. read at your own risk. be a wise reader. April 7, 2020 - July 29, 2021 has reached: #1 in kimdongyoung #1 in dongyoung