she turned the table

152 26 12
                                    

[aku update lagi soalnya kalian semangat bgt minta double update wkwk lofyu]

Doyoung menguap di meja kerjanya. Ia hampir saja tertidur sepuluh menit yang lalu jika saja Taeil tidak memberinya satu gelas kopi instan. Semalam, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, alasannya adalah memikirkan Mallory. Doyoung benar-benar merindukan Mallory, bertemu dengan gadis itu setelah berhari-hari mengabaikannya membuat Doyoung ketar-ketir sendiri karena akhirnya rindunya terobati.

Dering telepon kantor membuat Doyoung tersadar dari rasa kantuknya. Ia segera mengangkat panggilan itu.

"Dengan Kim Do—"

"Kim Doyoung, ke ruangan saya sekarang."

Doyoung menghela napasnya kasar. Ia sudah tahu jelas yang meneleponnya adalah Hyunki. Panggilan itu ditutup bahkan sebelum Doyoung dapat menjawab apa pun. Tanpa mengulur waktu, Doyoung berdiri, melangkahkan kakinya menuju ruangan Hyunki sambil menerka-nerka kesialan apa yang akan menimpanya hari ini.

Tidak membutuhkan waktu lama, Doyoung sampai di depan pintu ruangan Hyunki. Keningnya berkerut heran saat melihat sekretaris Hyunki yang biasanya selalu ada di mejanya kini tidak ada. Meja sekretaris itu kosong. Doyoung memilih untuk tidak memikirkannya lebih lanjut, tangannya segera mengetuk pintu. Setelah mendapat perintah masuk, Doyoung membuka pintunya.

Belum sampai tiga detik menapakkan kaki di ruangan Hyunki, kedua mata Doyoung terbuka lebar karena terkejut. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah lihat. Di depannya, Mallory berdiri dengan seragam restoran yang kotor dan rambut yang berantakan. Doyoung juga dapat melihat box dan pizza yang tercecer berserakan di lantai.

"Mallory? Kamu ngapain di sini?" Tanya Doyoung.

Hyunki tertawa. "Saya yang manggil dia. Kenapa? Kamu kaget?"

Doyoung menoleh untuk menatap Hyunki. "Maaf, tapi kenapa ada Mallory di sini?"

"Saya mau memastikan aja. Jadi benar, gadis kayak gini, yang kerjanya pelayan restoran begini, yang selama ini sama kamu?" Tanya Hyunki.

Mendengarnya, Mallory tanpa rasa takut menjawab. "Saya mungkin memang hanya pelayan restoran, tapi setidaknya saya tidak pernah memanfaatkan jabatan serta menggunakan uang untuk menghancurkan hidup dan memaksa perasaan orang lain." Ujar Mallory, mengulang kata-kata yang sama dengan apa yang ia katakan pada Dabin kemarin.

Kata-kata Mallory sukses membuat emosi Dabin dan Hyunki terpancing. Dabin mendorong Mallory keras, membuatnya hampir jatuh, tetapi Mallory kembali menemukan keseimbangannya dan berdiri lagi.

"Gadis ini yang buat kamu mutusin putri saya? Gadis seperti ini? Kamu buta, Doyoung? Dia jauh di bawah putri saya!"

Doyoung meneguk ludahnya sendiri, memberanikan dirinya untuk menjawab Hyunki. "Maaf sebelumnya, tapi saya memutuskan hubungan dengan Dabin bahkan sebelum saya bertemu Mallory."

Doyoung menutup matanya sejenak. Ia menghela napas panjang, lalu kembali menatap Hyunki. "Jika ada kesalahan, saya yang sepantasnya disalahkan di sini. Pak Hyunki, dengan segala kerendahan diri saya, saya mohon, jangan melibatkan Mallory." Ujarnya lagi.

"Doyoung! Kamu bilang apa, sih?!" Sahut Mallory tidak terima.

Dabin yang berada di sebelah Mallory mengangkat tangannya untuk mendorong pundak Mallory. "Ga usah komentar. Diem aja. Lo ga punya hak apa-apa di sini."

Mallory menatap Dabin tidak percaya. Seumur hidupnya, tidak pernah pundaknya didorong secara tidak sopan seperti itu oleh orang yang tidak ia kenal, tidak pernah ada yang menarik rambutnya paksa, apalagi menumpahi pakaiannya dengan makanan. Terlebih, makanan dari restorannya sendiri. Jika sedari tadi Mallory masih menggunakan kepala dingin, kini ia membiarkan amarahnya meluap.

mallory [kim doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang