Chapter 1

745 41 39
                                    

Gio sedang membersihkan senjata api berbagai jenis di gudang senjata. Setelah selesai membersihkan senjata, Gio lalu pergi ke arena tembak, membawakan senjata yang disewa oleh para pelanggan yang ingin berlatih menembak. Begitulah keseharian Gio. Ini adalah tahun keempat ia bekerja di Target Shooting Club, tempat latihan bagi orang yang ingin belajar menembak dengan cara yang benar dan senjata yang legal. 

Gio sudah biasa mendengar suara tembakan, tidak lagi kaget sedikit pun seperti saat pertama kali ia bekerja di sana. Di waktu senggang, Gio sering memperhatikan para instruktur ketika menunjukkan kebolehannya saat menembak. Ingin sekali Gio merasakan sensasi menembak, namun apa daya, dia hanya seorang  penjaga dan pembersih gudang senjata tanpa pernah bisa menggunakan senjata yang ia jaga. 

Hari itu pengunjung agak sepi, hanya ada 3 orang yang berlatih. Gio mengambil senjata pesanan pelanggan dari gudang senjata, lalu menyerahkannya pada instruktur menembak. Gio memperhatikan 3 orang yang sedang berlatih menembak itu. Tembakannya banyak yang tepat sasaran, mungkin 3 orang itu memang dari kalangan kepolisian atau militer, makanya sangat profesional saat menembak. Salah satu dari mereka memutuskan untuk beristirahat, laki-laki itu duduk di sebelah Gio.

"Permisi Pak" ucap Gio hendak pergi dari tempat istirahat pelanggan.

"Mau kemana? di sini saja, temani saya" ucap laki-laki itu.

Gio mau tidak mau menuruti keinginan pelanggan tempat ia bekerja.

"Kamu udah lama kerja di sini?" tanya laki-laki itu.

"Sudah 4 tahun saya bekerja di sini" ucap Gio.

"Sebagai apa?" tanya laki-laki itu.

"Penjaga dan pembersih gudang senjata Pak" ucap Gio.

"Kamu berarti setiap hari megang senjata ya.. apa kamu bisa menggunakannya?" ucap laki-laki itu.

"Saya ingin sekali Pak, tapi itu bukan kapasitas saya" ucap Gio.

Pelanggan itu tersenyum "Jangan panggil saya Pak, memangnya saya udah tua? Gua Alex Fernand, panggil gua Alex" ucap Alex lalu mengulurkan tangannya.

Gio tampak ragu-ragu, tapi akhirnya menjabat tangan Alex "Sergio Camaro, panggil aja Gio"

"Santa aja. Kita ngomong gua-lo juga gak masalah. Oke Gio, kalau gua bayarin lo untuk latihan nembak 1 sesi mau?" tawar Alex.

"Apa??? tapi gua cuma pekerja biasa di sini" ucap Gio.

"Memangnya kenapa kalau pekerja biasa? yang penting saya yang bayar, gimana bersedia?" tanya Alex.

"Bersedia" ucap Gio yang nampak gembira.

"Oke, Coach.. sesi ke dua gua kasih buat dia ya" ucap Alex seraya menunjuk Gio.

Setelah bertahun-tahun akhirnya Gio bisa merasakan menggunakan senjata sungguhan. Dia mengelus lembut shootgun yang ia pilih. Ia lalu memakai rompi anti peluru, memakai kaca mata khusus menembak, memakai penutup telinga, dan bersiap untuk membidik sasaran. Gio menarik napas panjang lalu menahan napasnya saat menekan pelatuk beberapa kali.

Dor...Dor..Dor..Dor..Dor..

Gio selesai melakukan tembakan, Alex berjalan menghampiri sasaran yang ditembak oleh Gio. Alex sangat terkejut melihat peluru yang ditembakkan Gio hampir semuanya tepat sasaran.

Alex lalu menghamipiri Gio "Wow... lo ternyata berbakat menembak, padahal lo gak pernah berlatih sedikit pun" ucap Alex lalu menepuk bahu Gio.

"Terima kasih" ucap Gio yang juga tak percaya dengan apa yang ia lakukan.

"Gio, gua kerja di perusahaan Securicor yang bergerak di bidang Jasa Keamanan. Gua di bagian pasukan pengaman pengantaran uang tunai. Resiko celaka besar, tapi bayarannya juga besar. 1 kali pengantaran lo bisa dapet 5-10 juta bahkan bisa lebih, dan itu diluar gaji dan tunjangan lainnya per bulan. Lo juga dapat asuransi. Gimana? mau ikut gua? di sini lo gak punya masa depan" ucap Alex.

My Security BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang