Alden

5.4K 176 20
                                    

Remaja laki-laki tertidur pulas di ranjang mengenakan boxer berwarna hitam tanpa mengenakan atasan, tertidur pulas dengan mulut yang mangap. Padahal ini sudah menunjukkan pukul 7.30 seharusnya dia sudah bergegas untuk berangkat sekolah karena hari ini, hari senin.

Seorang wanita cantik berambut ikal membuka pintu kamar.

"Astaghfirullah......ALDEN!!!!!!" Teriak Feby, suara nyaring itu tidak berpengaruh apa-apa bahkan tidak terusik sedikitpun, mimpinya sudah terlalu jauh membuat nyenyak tidur ditambah lagi dia menghabiskan dua botol minuman alcohol, puntung rokok ada dimana-mana, sampah kacang berserakan di lantai. Feby menggeleng, Alden sudah keterlaluan. Begini akibatnya kalau Feby tidak mengontrol adiknya, Alden akan kelewat batas. Tapi mau bagaimana lagi, ini demi masa depannya dan sang adik. Feby harus bekerja keras memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua. Keluarga Feby dan Alden adalah keluarga broken home, ketika Alden kelas 5 sd orang tua mereka bercerai. Seakan lepas tanggung jawab, orang tua mereka dengan egois memilih jalan hidup masing-masing tanpa memperdulikan nasib anak mereka. Feby dan Alden terabaikan, sampai saat ini Feby dan Alden tidak pernah bertemu ibunya.

Ayah Feby dan Alden selalu menanyakan kabar tanpa niat hati untuk menjenguk, dia selalu mentransfer uang setiap bulannya untuk kebutuhan buah hati. Tetapi setelah lulus kuliah Feby enggan menerima uang ayahnya, dia ingin membuktikan jika masalah uang dia juga bisa mencari. Tetapi kasih sayang tidak akan dapat di beli dengan uang.

Alden Putra Mahendra adalah anak remaja berusia 16 tahun, dia baru saja naik tinggat menjadi kelas 11 jurusan IPS. Hidup tanpa orang tua sudah menjadi hal biasa bagi Alden, dia tidak seperti anak alay yang depresi, mau bunuh diri karena tidak dapat perhatian orang tua. Alden kecil yang tega ditinggalkan orang tuanya sudah tumbuh menjadi remaja, tidak berbeda jauh pada umumnya Alden termasuk dalam siswa nakal, suka tawuran, keluar masuk buku kasus, pemalas, pelanggar aturan, tapi dia punya satu kelebihan yaitu pintar di bidang akademik maupun non akademik. Itu yang membuat kakaknya Feby tidak terlalu kecewa, namun Feby juga muak karena setiap bulannya diundang kepala sekolah sudah menjadi langganan untuk bertamu apalagi kalau bukan masalah bocah itu di SMA, belum lagi jika masalahnya berujung pada pihak kepolisian. Feby kapok dengan adik semata wayangnya tapi bagaimana lagi kenakalan Alden adalah kesalahnya dalam mendidik anak itu.

Feby menarik selimut Alden "ALDEN!!!!!!" Teriak Feby, namun tidak ada respon hanya suara dengkuran yang terdengar.

"MALING....MALING....." Teriak Feby, Alden terget dengan panik mengambil botol.

"Ha.....dimana maling?" tanya Alden bingung dengan ekspresi kusut. Feby tidak mampu menahan tawa kala melihat kepanikan Alden.

"Buahahahaha...." Alden mengerutkan keningnya. Beberapa detik kemuadian dia memberikan ekspresi datar.

"Apaan sih kak, gak lucu!"

"Gak lucu gak lucu, MANDI SEKARANG!!!!!" bentak Feby.

"Iye iye, gak usah treak kenapa sih" Alden mengelus-ngelus telinganya, Feby murka menarik sedikit kulit perut Alden.

"Awwwww.....aw....." pekik Alden, dia mengelus-mengelus cubitan. Cubitan Feby lebih sadis dari pada pak Muluk guru yang selalu memberikan cubitan hangat untuk Alden.

"Lo minum miuman? Ngerokok? Hah? Jawab gue?" ucap Feby memperhatikan sekelilingnya yang sudah seperti kandang sapi.

"Kagak" jawab Alden cuek.

"Trus ini semua punya siapa?" Feby menunjuk-nunjuk sampah di sekelilingnya.

"Punya Tobias sama Ruby" bohong Alden, jelas itu miliknya sendiri. Memang Tobias dan Ruby datang kerumah tapi hanya main ps saja, Alden melarang mereka tidur dirumahnya, karena kedua temannya adalah perut cacingan bisa-bisa isi kulkas habis sekejap dalam satu malam. Tobias dan Ruby adalah sahabat Alden, sebenarnya Alden memiliki banyak teman tapi Tobias dan Ruby adalah tangan kanan dan kirinya apalagi mereka satu kompleks.

30 Hari Bersama Alden [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang