"Benaran, Ra?" tanya Salma.
"Emang gue pernah bo'ong sama lu bersdua?"
Chika, Salma, dan Ara duduk di ranjang Chika. Ada pertemuan mendadak yang menyebabkan mereka harus datang kediaman Chika.
Penjelasan Ara membuat Chika menangis histeris di kamar. Saat membeli pesanan mamanya di cafe, Ara mendapati Alden berduaan di sana. Sontak dia langsung mengabadikan moment itu dan mengirim ke group mereka.
Chika melempar ponsel ke lantai, dia mengentak-hentakkan kakinya dan menjabak rambutnya sendiri.
"Arrrrkkk, kok jahat banget sih!" Chika mengacak-ngacak rambutnya layaknya wanita yang di tinggal kawin.
Kedua sahabatnya mengipas Chika dengan kipas kondangan, supaya tidak panas seperti api yang membara.
"Hiks.....hiks...., Chika salah apa sama Alden? Segitunya...." kata Chika menangis.
"Udah Ci, cowok kaya gitu gak perlu tangisin! Mending lu dulu kagak usah terima dia, gak sakit hati kaya ginikan" ucap Ara mengelus rambut Chika.
"Chika salah apa Ra?....hiks....., Chika selalu jaga hati buat Alden! Tapi Alden tega hianati perasaan tulus Chika...."
Chika mengangkat kepalanya menatap cermin.
"Chika jelek ya?" tanya Chika.
Salma menggeleng.
"Nggak, cantik kok. Tapi memang cantikan gue!"
"Huaa......, Salma juga jahat!!!!" teriak Chika melempar sisir ke arah Salma.
"Aw...." Salma mengelus tangannya yang terkena lemparan mematikan.
Ara melempar ponselnya ke ranjang, dia memperbaiki posisi duduknya mendekati Chika.
"Lebih baik lu akhiri aja hubungan lu sama dia!" kata Ara. Chika melebarkan matanya.
"Ibuk, Ara. Atas dasar apa ibu menyasarankan keputusan itu?" tanya Salma mendekatkan sisir ke mulut Ara layaknya reporter tv dadakan.
"Gue gak habis pikir, kok bisa ya dia jual diri?" tanya Ara menatap Salhma dan Chika secara bergantian.
"Kita sepemikiran Ra, bukannya orang tua dia juga baru meninggal?" lanjut Salma. Seolah-olah tidak tau apa-apa, Chika diam membisu menggigit jari.
"Gini aja deh, besok temui Alden. Bicara baik-baik gimana kelanjutnya! Kalau masih sayang, suruh dia berhenti dekat-dekat jalang itu! Kalau dia gak bisa jauhin dia, minta akhiri hubungan lu!" Salma mengangguk paham, benar juga penjelasan Ara.
"Kali ini saya setuju dengan pendapat, ibu!"
Chika menatap kosong ke depan.
"Ci..." kata Ara menepuk bahunya.
"Chika gak siap kehilangan, Alden.....hiks......"
"Kalau nanti Alden milih wanita itu, Gimana nasib Chika?" Chika menarik baju kedua temannya.
"Gimana?" tanyanya lagi.
"Dari pada lu kaya gini aja, gue yang stres!" ucap Ara berusaha melepaskan tangan Chika, tapi sia-sia.
Ara dan Salma terdiam, tidak tau apalagi yang harus dilakukan. Berbagai cara mereka lakukan untuk menghibur Chika, tapi wanita itu tetap saja tidak terlepas dari sakit hati dan kekecewaannya terhadap Alden. Mereka perpelukan, 3 wanita yang selalu bersama dalam keadaan apapun.
***
Alden menghisap rokoknya di atas gedung sekolah bersama anak-anak lain. Perasaan yang hampa beberapa hari terakhir, dia masih membutuhkan kedewasaan yang ekstra untuk menghadapi semua. Keluhan demi keluhan selalu dia lontarkan bahkan terkadang dia menyalahkan Tuhan terlalu berat memberikan cobaan. Alden butuh waktu untuk mengontrol emosionalnya agar menghadapi segala masalah dengan kepala dingin, tidak selalu mengakhiri masalah dengan minum dan main judi. Kekalahan di Cassino Cash adalah kegagalan terbesarnya saat ini, bukan karena dia menghabiskan uang undian Opit dengan sia-sia melainkan kegagalannya membantu sahabatnya Olif. Ditambah lagi wanita itu sedang hamil, akan semakin memersulit keadaan. Kehamilan Olif adalah alasan kuat untuk tidak pergi dari kekangan dan lingkaran hitam itu. Memperlambat usaha Alden untuk membantu, tidak ada yang bisa Alden lakukan selain meberikan kata-kata sabar dan bertahan untuk 9 bulan kedepan, agar dia benar-benar bebas. Ditambah lagi, Olif memohon agar Alden selalu berada disisinya selama hamil, Alden tidak dapat menolak karena dia sudah berjanji menjaga Olif.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...